IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5 Persen di 2024
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5 persen di 2024.
Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) IMF edisi Juli 2023, proyeksi ini mengalami penurunan 0,1 persen dibandingkan proyeksi yang diterbitkan pada April 2023 sebesar 5,1 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diprediksi tetap stabil 5 persen.
Baca Juga: IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5 Persen di 2023
1. Prospek ekonomi negara berkembang di 2024
Prospek ekonomi di negara berkembang atau emerging market menjadi 4,1 persen atau diturunkan 0,1 poin dari perkiraan sebelumnya.
Secara rinci, prospek ekonomi Malaysia dan Thailand di tahun depan tidak mengalami perubahan masing-masing 4,5 persen dan 3,6 persen. Sedangkan, prospek ekonomi Filipina terkoreksi 0,3 persen menjadi 5,5 persen.
"Untuk negara berkembang, outlook perekonomian tetap stabil di 2023 dan 2024," tulis laporan WEO IMF edisi Juli 2023 yang dikutip IDN Times, Rabu (26/7/2023).
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 2024 Dinilai Tak Realistis, Ini Sebabnya!
2. Ekonomi global terus pulih
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen di tahun ini dan 2024. Pertumbuhan ekonomi global tahun ini mengalami kenaikan 0,2 persen.
"Ekonomi global terus pulih secara bertahap dari pandemi dan Rusia invasi ke Ukraina. Dalam waktu dekat, tanda-tanda kemajuan tidak dapat dihindari," tulis IMF dalam laporannya.
3. Sejumlah risiko masih harus diwaspadai
Meski demikian, IMF menilai masih ada sejumlah risiko yang bisa pengaruhi perekonomian global ke depan, diantaranya inflasi yang didorong oleh ketatnya pasar tenaga di sejumlah negara dan pengaruh depresiasi nilai tukar.
Kemudian, faktor pasar keuangan global, pemulihan ekonomi China, kenaikan hutang hingga geopolitik.
"Guncangan pasokan yang merugikan tersebut dapat mempengaruhi negara-negara secara asimetris, menyiratkan dinamika yang berbeda untuk inflasi inti dan ekspektasi inflasi, divergensi dalam respons kebijakan," ucap IMF.
Baca Juga: Ekonomi Global Lesu, Ekonomi RI Justru Ngegas di Kuartal II