Industri Manufaktur Masih Terhambat Koordinasi Antarinstansi

PMI Manufaktur Maret di level 54,2

Jakarta, IDN Times - Kinerja industri manufaktur terus mengalami peningkatan ekspansi pasca pandemik Covid-19. Namun kemajuan yang terjadi masih mengalami gangguan dari masalah koordinasi antarinstansi pemerintah. 

Peneliti Ekonomi CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan koordinasi antarinstansi pemerintah juga perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan sektor manufaktur secara holistik.

Berdasarkan data laporan S&P Global menunjukkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur RI pada Maret berada di level 54,2 atau naik 1,5 poin dibandingkan Februari.

"Kerap kali peraturan atau regulasi yang sudah diputuskan di level pusat tidak dapat dijalankan di level daerah karena alasan-alasan tertentu. Saya kira pemerintah tengah berada dalam posisi memperbaiki, tinggal saat ini bagaimana memastikan proses perbaikan ini berlangsung sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah,” ungkap Yusuf, Rabu (17/4/2024).

1. Nilai tambah dari produk hilirisasi bantu pertumbuhan manufaktur

Industri Manufaktur Masih Terhambat Koordinasi Antarinstansiilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Yusuf juga menjelaskan bahwa program hilirisasi diterima dengan baik oleh pelaku industri terutama sektor industri logam.

"Hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah mencatatkan kinerja realisasi investasi yang signifikan terutama untuk subsektor industri logam dasar, sehingga jika ini terus dijalankan selaras dengan upaya pemerintah dalam mendorong realisasi berbagai produk hasil tambang," kata Yusuf.

Yusuf berharap nilai tambah dari produk yang bisa dihasilkan dari program hilirisasi ini juga akan ikut membantu pertumbuhan sektor industri manufaktur dalam jangka menengah hingga panjang. 

Baca Juga: Membakar Geliat Industri Manufaktur yang Sedang Bersinar

2. Kemajuan industri manufaktur ditopang program hilirisasi

Industri Manufaktur Masih Terhambat Koordinasi Antarinstansiilustrasi ekspor hasil hilirisasi (pexels.com/Samuel Wölfl)

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menyatakan kemajuan sektor industri manufaktur yang ditopang program hilirisasi ini memberikan dampak positif dalam mengerem masalah pelebaran current account deficit (CAD) yang dihadapi Indonesia.

Joshua mengatakan beberapa penyebab utama terjadinya pelebaran CAD sudah dapat dikurangi dampaknya oleh pemerintah melalui melalui kebijakan hilirisasi.

“Hilirisasi akan memperpanjang domestic supply chain sehingga meningkatkan value added, hilirisasi akan mendorong kegiatan re-industrialisasi, dan hilirisasi juga menurunkan ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas mentah sehingga akan mengurangi risiko CAD dan mestabilkan nilat tukar  serta menjaga daya beli importir,” terang Joshua.

Sebagai gambaran, posisi Indonesia di jajaran manufaktur dunia diperkuat oleh nilai output industri yang terus meningkat pada periode 2020 hingga September 2023.

  • 2020 nilai output industri tercatat  210,4 miliar dolar AS
  • 2021 sebesar  228,32 miliar dolar AS
  • 2022 meningkat jadi 241,87 miliar
  • Januari hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar 192,54 miliar dolar AS

3. Ada 5 langkah peningkatan investasi manufaktur

Industri Manufaktur Masih Terhambat Koordinasi AntarinstansiIlustrasi pabrik. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Oleh karena itu, peningkatan investasi dalam sektor manufaktur Indonesia memerlukan berbagai langkah yang terkoordinasi, antara lain:

  1. Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor seperti, keringanan pajak, subsidi atau kemudahan dalam perizinan berusaha.
  2. Infrastruktur yang memadai juga menjadi penting untuk mendukung operasi industri manufaktur seperti, jalan, pelabuhan, dan listrik.
  3. Peningkatan efisiensi operasional melalui penerapan teknologi baru dan manajemen rantai pasokan yang lebih baik.

  4. Ekspansi pasar ke luar negeri yang didukung oleh promosi produk Indonesia di pasar internasional dan perjanjian perdagangan bebas. 

  5. Kebijakan pemerintah yang konsisten dan berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk memberikan kepastian bagi investor.

"Peningkatan investasi dalam infrastruktur menjadi kunci untuk kelancaran sektor ini. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi juga menjadi prioritas," jelasnya. 

Dengan demikian, inovasi menjadi kunci utama dalam upaya meningkatkan daya saing manufaktur dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus mendukung dengan menyediakan dana penelitian dan pengembangan serta mendorong kerja sama antara industri dan akademisi.

Baca Juga: Ekonom Nilai Manufaktur Indonesia Tak Alami Deindustrialisasi

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya