Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dinilai Perpanjang Winter Startup

Badai PHK masih terus melanda startup

Jakarta, IDN Times - Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan kolaps pada Jumat, 10 Maret 2023 setelah mengalami krisis modal dalam 48 jam sebelumnya. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai hal ini akan berefek kuat terhadap pendanaan startup

"Ini akan memperpanjang winter startup. Efek lainnya adalah efisiensi besar-besaran di startup yang secara langsung dan tidak langsung terkait pendanaan dari SVB Bank dan modal ventura afiliasinya," ujarnya.

Baca Juga: SVB Bangkrut, Apa yang Perlu Dilakukan BI dan OJK?

1. Bangkrutnya SVB akan buat pendanaan kering

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dinilai Perpanjang Winter StartupSillicon Valley Bank (dok. SVB)

Bhima menjelaskan, saat era dana murah atau quantitative easing di Amerika Serikat, banyak startup mendapat suntikan permodalan lewat SVB. Oleh karena itu, bangkrutnya SVB akan membuat suntikan modal baru ke startup kering.

Kebangkrutan SVB mulai tercium sejak Rabu, 8 Maret 2023. Laporan dari CNN Business menyebutkan, kala itu SVB mengumumkan penjualan banyak sekuritas dengan kerugian. SVB juga mengumumkan bakal menjual saham baru senilai 2,25 miliar dolar AS guna menopang neracanya.

Baca Juga: Silicon Valley Bank Kolaps Usai Krisis Modal dalam 48 Jam

2. Badai menerpa PHK tercium sejak fenomena bubble burst muncul

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dinilai Perpanjang Winter StartupIlustrasi Startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Badai yang menerpa startup sudah mulai dirasakan sejak satu-dua tahun belakangan. Hal itu diawali dengan fenomena yang disebut bubble burst. Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai kondisi itu akan semakin parah.

"Kalau saya melihat ini bukan pecahnya gelembung, tapi gelembung mulai bocor, dan akan bocor yang lebih luas, dan mungkin pecah hingga di 1-2 tahun ke depan," kata Heru kepada IDN Times pada 26 Mei 2022 lalu.

Hal itu tak lepas dari pendanaan yang akan kian sulit di tengah persaingan yang ketat. "Apalagi untuk layanan yang sudah melewati fase pertumbuhannya seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi, digantikan dengan arah baru startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytic, internet of things, maupun metaverse," ujarnya.

Baca Juga: Startup Hadapi Masa Tech Slowdown, Apa Penyebabnya?

3. Faktor-faktor yang menyebabkan badai di startup

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dinilai Perpanjang Winter Startupilustrasi startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, Founding Partner AC Ventures, Pandu Sjahrir membeberkan penyebab terjadinya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di startup dipicu tiga faktor. Selain faktor kondisi perekonomian global, ada pula faktor bakar, dan faktor ekspektasi investor yang terlalu tinggi di awal.

Pada awalnya, pertumbuhan industri teknologi yang pesat membuat investor melihat business cycle sangat cepat pada startup.

"Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021," tutur Pandu.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya