Kejahatan Siber Bikin Dunia Rugi hingga Rp123,996 Triliun

Januari-Oktober, Indonesia alami 361 juta serangan siber

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjabarkan kejahatan siber telah menyebabkan dunia merugi sebesar delapan triliun dolar AS atau sekitar Rp123,996 triliun (kurs Rp15.387) pada 2023. 

Ketua Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sophia Wattimena, mengatakan risiko yang mendominasi di Asia Pasifik yakni kejahatan siber, bisnis continuity, human capital, dan market changes . Hal ini disampaikannya berdasarkan The Institute of Internal Auditors (IIA) dalam laporannya yang bertajuk Asia Pacific Risk in Focus. 

"IIA menyampaikan kerugian akibat kejahatan siber di seluruh dunia pada 2023 mencapai angka yang cukup signifikan yakni sekitar delapan triliun dolar AS. Diperkirakan, kerugian akibat ransomware dapat mencapai sekitar 265 miliar dolar AS pada 2031, proyeksinya sebesar itu," kata Sophia dalam acara Risk & Governance Summit 2023 di Shangri-La Jakarta, Kamis (30/11/2023).

1. Sejak Januari-Oktober Indonesia alami 361 juta serangan siber

Kejahatan Siber Bikin Dunia Rugi hingga Rp123,996 TriliunIlustrasi serangan siber (unsplash.com/Philipp Katzenberger)

Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak Januari-Oktober 2023, Indonesia sudah mengalami 361 juta serangan siber. Namun, banyaknya serangan siber tidak diimbangi dari sisi kesiapan organisasi dalam menanganinya

"Di sisi lain, rata-rata waktu yang diperlukan untuk organisasi menyelesaikan kejahatan siber ini masih mencapai angka 277 hari. Jadi cukup lama, tidak tiba-tiba dan kesenjangan tenaga kerja dalam industri cyber security sebanyak 3,4 juta orang," ujar Sophia.

Menurutnya, keberadaan risiko tersebut tidak dapat dihindari, mengingat perkembangan era teknologi yang begitu cepat. Namun, kondisi ini bisa dimitigasi dengan menerapkan standar proses bisnis sesuai best practice terkini, serta berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

"Perlu kita pahami, inovasi ini bisa hand in hand dengan governancy. Jadi kalau kita berkaca pada sebelumnya, governance-nya itu belakangan, telat mengikutinya. Nah, diharapkan ke depannya kita bisa mengantisipasi sehingga setiap inovasi itu sudah memperhitungkan porsi governance atau tata kelolanya," imbuhnya.

Baca Juga: Serangan Siber Meningkat, Solusi Synology Melindungi dari Ransomware

2. Perkembangan teknologi beri peluang yang besar dalam kehidupan

Kejahatan Siber Bikin Dunia Rugi hingga Rp123,996 TriliunPixabay

Sophia menjelaskan perkembangan teknologi memberikan peluang yang sangat besar di segala aspek kehidupan. Hal ini pun melahirkan berbagai macam inovasi di antaranya kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan pengembangannya dalam bentuk chatGPT. 

"Ini merupakan chatbot berbasis mesin learning dapat digunakan untuk mendukung berbagai potensi kreativitas, mengakselerasi Inovasi, dan meningkatkan produktivitas entitas. Bahkan, di China AI sudah merambah hingga dunia pendidikan," kata Sophia.

3. Perkembangan teknologi wajib diimbangi dengan mitigasi di level govermance

Kejahatan Siber Bikin Dunia Rugi hingga Rp123,996 Triliunhttps://unsplash.com/@emilianovittoriosi

Pesatnya pengembangan teknologi digitalisasi, kata Sophia, harus dibarengi dengan berbagai langkah mitigasi di level govermance, jadi tidak selalu terlambat dengan inovasi yang telah dilakukan. 

"Pergeseran keadaan dunia yang sangat cepat berubah dan sulit diprediksi menyebabkan risiko-risiko yang saling terkoneksi. Hal tersebut tercermin dalam data Global Rift Perseption 2023 yang menyampaikan, berbagai risiko seperti ekonomi geopolitik lingkungan sosial dan teknologi saling terkait satu sama lain baik secara langsung maupun tidak langsung," ujar Sophia. 

Baca Juga: Bank Indonesia Sebut Ancaman Siber Ganggu Sistem Keuangan

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya