Kemenko Perekonomian Ungkap Penyebab Beras Langka dan Mahal

Produksi beras turun 37 persen

Jakarta, IDN Times - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) buka suara terkait langkanya beras di tingkat peritel dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu disebabkan mundurnya musim tanam dan gejolak geopolitik yang terjadi.

Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto mengatakan, mundurnya musim tanam turut berdampak pada kondisi produksi beras pada Januari sampai Maret tahun ini. Bahkan, menurutnya, produksi beras turun 37 persen dibandingkan periode yang sama 2023.

"Periode 2024 ini, dari Januari sampai Februari, diperkirakan sampai Maret (sebanyak) 5,8 juta ton, turun sekitar 37 persen dibandingkan periode yang sama 2023, karena mundurnya musim tanam," kata Haryo di Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Baca Juga: Bos Bulog Tegaskan Beras Langka Bukan karena Bantuan Pangan

1. Gejolak geopolitik bikin impor beras terganggu

Kemenko Perekonomian Ungkap Penyebab Beras Langka dan Mahalilustrasi perang Rusia-Ukraina (commons.wikimedia.org/Ministry of Defense of Ukraine)

Haryo menjelaskan, langkanya stok beras juga dipengaruhi oleh pengadaan beras impor yang masih dalam proses dan masih tingginya harga pupuk dunia. Ini imbas dari pasokan bahan baku pupuk yang terdampak perang Rusia-Ukraina.

Selain itu, Haryo mengatakan, konflik di terusan Suez mengganggu pasokan pangan di dunia, termasuk Asia. 

“Jadi hal-hal tersebut mengganggu. Harga pupuk, bahan baku pupuk yang global mempengaruhi impor, sama yang tadi distribusinya,” ujar Haryo.

Baca Juga: Bulog Gelontorkan 226 Ribu Ton Beras Murah ke Ritel

2. Kapan harga beras kembali normal?

Kemenko Perekonomian Ungkap Penyebab Beras Langka dan MahalAntrian beras oleh warga di depan kios pada pasar besar Ngawi. IDN Times/ Riyanto

Haryo mengatakan, untuk mengatasi kenaikan harga beras, Bulog telah diberi tugas oleh pemerintah untuk mempercepat proses impor dan mengoptimalkan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) ke pasar.

Sementara terkait penyaluran beras, menurut dia, secara nasional disalurkan untuk SPHP hingga bantuan pangan. 

“Jadi untuk penyaluran terkait dengan beras, dari Bulog juga, rinciannya untuk SPHP 220.000 ton, kemudian penyaluran bantuan pangan 179.000 ton. Terus impor beras 2023 yang sudah mencapai 2,6 juta ton. Untuk 2024 karena baru 2 bulan 325.000 ton, kemudian dalam negeri 70.000 ton,” tutur Haryo.

Meski demikian, ia tak dapat memperkiraan kapan harga beras kembali normal. Hal itu, menurutnya, bukan merupakan wewenangnya.

3. Tepis kelangkaan beras karena bantuan pangan pemerintah

Kemenko Perekonomian Ungkap Penyebab Beras Langka dan MahalBeras SPHP Bulog. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Haryo pun menepis pandangan bahwa  kelangkaan beras yang terjadi tidak berkaitan atau disebabkan oleh bantuan pangan pemerintah.

“Gara-gara bantuan pangan beras langka? Oh enggak, kan itu merupakan bagian untuk mengatasi pasokan pangan, menstabilkan harga,” ucapnya.

Meski demikian, Haryo memastikan bahwa Kemenko Perekonomian akan terus memonitor perkembangan harga pangan termasuk beras dan terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L) terkait.

“Tadi baru ada rapat terkait tersebut yang dipimpin presiden. Artinya, Kemenko Perekonomian memonitor perkembangan harga pangan termasuk beras dan berkoordinasi dengan stakeholders ya, K/L terkait, kemudian juga memonitor di lapangan,” tutur Haryo.

4. Harga beras premium tembus Rp15.832 per kg

Kemenko Perekonomian Ungkap Penyebab Beras Langka dan MahalBantuan sosial (bansos) beras. (dok. Bulog)

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Selasa (13/2/2024), harga beras memang terpantau tinggi melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

Harga beras jenis premium saat ini mencapai Rp15.830 per kg, padahal HET-nya berkisar Rp12.900 hingga Rp14.800 per kg.

Sementara beras jenis medium mencapai Rp13.900 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi dari HET yang berkisar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kg.

Baca Juga: Pengusaha Ritel Ogah Ditugasi Jual Beras Murah: Refaksi Bayar Dulu

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya