Lulusan S2 Paling Pesimistis terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Tak yakin tersedianya lapangan pekerjaan

Intinya Sih...

  • Ketersediaan lapangan kerja turun pada Maret 2024, menurut survei konsumen Bank Indonesia.
  • Lulusan pascasarjana dan sarjana pesimis terhadap tersedianya lapangan pekerjaan di masa mendatang, yang tercermin dari penurunan indeks ekspektasi mereka.

Jakarta, IDN Times - Tingginya ketidakpastian global dan gejolak geopilitik nyatanya turut merembet pada lesunya ekonomi domestik. Hal ini pun dibuktikan dari indeks ketersediaan lapangan kerja yang mengalami penurunan pada Maret 2024.

Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Maret berada di level 134 atau turun 3 poin dibandingkan Februari 2024 di level 137.

Tak hanya itu, indeks ekspektasi kegiatan usaha juga mengalami penurunan 2,2 poin di Maret menjadi 128,1 dibandingkan Februari yang mencapai 130,3.

Baca Juga: Era Digitalisasi, Menaker Imbau Buruh Tingkatkan Kompetensi Kerja

1. Optimisme konsumen di Maret 2024

Lulusan S2 Paling Pesimistis terhadap Ketersediaan Lapangan KerjaIlustrasi paradigma ekonomi syariah (pixabay.com/Megan Rezaxin Conde)

Meski begitu, survei konsumen pada Maret mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi berada di zona optimis atau lebih dari 100. Pada Maret optimisme konsumen mencapai 123,8 atau lebih tinggi dibandingkan 123,1 di bulan sebelumnya.

Selanjutnya, prakiraan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang terpantau tetap berada pada area optimis pada seluruh tingkat pendidikan.

2. Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja untuk pascasarjana turun drastis

Lulusan S2 Paling Pesimistis terhadap Ketersediaan Lapangan Kerjailustrasi lowongan kerja (IDN Times/Nathan Manaloe)

Meski Bank Indonesia mengungkapkan bahwa indeks ekspektasi konsumen pada 6 bulan ke depan terpantau tetap kuat, namun bila dirinci berdasarkan latar belakang pendidikan telah terjadi penurunan optimisme dari kelompok pascasarjana atau S2 terkait tersedianya lapangan pekerjaan di masa mendatang.

Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen untuk ketersediaan lapangan pekerjaan pada Maret yang turun hingga 36,7 menjadi 129,5. Padahal pada survei bulan lalu, kelompok pascasarjana masih optimistis terhadap ketersediaan lapangan kerja atau mencapai 166,2. 

Begitu pula indeks ketersediaan lapangan kerja untuk lulusan sarjana pun ikut menurun menjadi 138,2 dibandingkan bulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 143,1 atau turun 4,9 persen. 

Untuk latar belakang akademi juga tidak yakin akan terciptanya lapangan pekerjaan atau turun hingga 5,4 poin menjadi 135,4. Begitu juga dengan lulusan SLTA terhadap ekspektasi tersedianya lapangan pekerjaan susut 1,5 poin menjadi 132,3. 

Baca Juga: Daftar 10 Pekerjaan Remote yang Banyak Dicari, Kamu Tertarik?

3. Kelompok pascasarjana tak yakin dengan kegiatan usaha

Lulusan S2 Paling Pesimistis terhadap Ketersediaan Lapangan Kerjailustrasi kegiatan usaha (pexels.com/Kampus Production)

Sementara itu, konsumen dengan pendidikan akhir pascasarjana di Indonesia juga tidak yakin kegiatan usaha di masa mendatang akan lebih baik. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha kelompok ini turun 17,5 poin menjadi 132,6 dibandingkan bulan lalu sebesar 150. 

Sedangkan Indeks kepektasi Kegiatan Usaha kelompok sarjana turun 4,4 poin menjadi 137,4 dari bulan sebelumnya 141,8. 

4. Jumlah angkatan kerja di Agustus 2023 capai 147,71 juta orang

Lulusan S2 Paling Pesimistis terhadap Ketersediaan Lapangan Kerjailustrasi karyawan menggunakan microsoft teams (pixels.com/fauxels)

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2023 sebanyak 147,71 juta orang, naik 3,99 juta orang dibanding Agustus 2022. Begitu juga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,85 persen
poin dibanding Agustus 2022.

Komposisi angkatan kerja pada Agustus 2023 terdiri dari 139,85 juta orang penduduk yang bekerja dan 7,86 juta orang pengangguran. Apabila dibandingkan Agustus 2022, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 3,99 juta orang, penduduk bekerja bertambah sebanyak  4,55 juta orang, sementara pengangguran berkurang sebanyak 0,56 juta orang.

Adapun lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah
penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar 1,18 juta orang. Sementara itu, sebanyak 57,18 juta orang (40,89 persen) bekerja pada kegiatan formal, naiks sebesar 0,20 persen poin dibanding Agustus 2022.

Tingkat pendidikan dapat mengindikasikan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Pada
Agustus 2023, penduduk bekerja masih didominasi oleh tamatan SD ke bawah (tidak/belum pernah sekolah/belum tamat SD/tamat SD), yaitu sebesar 36,82 persen.

Sementara itu, penduduk bekerja tamatan Diploma I/II/III dan Diploma IV, S1, S2, S3 sebesar 12,76 persen. Distribusi penduduk bekerja menurut pendidikan masih menunjukkan pola yang sama dengan Agustus 2022.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya