Menko PMK: 52 Persen Angkatan Kerja Indonesia Penyintas Stunting

Menurunkan stunting jadi isu strategis pemerintah

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan sebanyak 52 persen angkatan kerja Indonesia merupakan penyintas stunting. Hal ini berdasarkan data Bank Dunia di tahun 2018. 

Oleh karena itu, ia tak menampik bahwa menurunkan tingkat stunting menjadi isu strategis pemerintah di setiap tahunnya. 

"Data dari Bank Dunia menyampaikan tahun 2018 angkatan kerja kita itu 52 persen mantan stanting dan bahkan diantaranya. Jangan-jangan diantara kita juga alumni stanting, artinya 1000 awal kehidupannya pernah mengalami stunting," ujarnya dalam Puncak Perayaan Hari Buruh Internasional, Senin (1/5/2023).

Baca Juga: Tiga Sosok Capres Akan Hadiri May Day, KSPI: Belum Pasti

1. Perlu kerja ekstra untuk turunkan stunting

Menko PMK: 52 Persen Angkatan Kerja Indonesia Penyintas StuntingIlustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Ia menjelaskan kasus stunting di Indonesia saat ini masih menyentuh 22,46 persen. Padahal untuk menjadi negara maju semestinya angka stuntingnya harus dipotong 10 persen atau 12,46 persen. Apalagi pemerintah menargetkan stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen di 2024. 

Meski target itu tidak mudah, dibutuhkan kerja atau langkah luar biasa (extraordinary) untuk menurunkan angka stunting ini. Basis penurunan angka stuntung terletak pada keluarga.

2. Menteri PPN endus kecurangan penghitungan data stunting

Menko PMK: 52 Persen Angkatan Kerja Indonesia Penyintas StuntingMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa (IDN Times/ Ilman Nafi'an)

Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengendus adanya tindakan kecurangan dari pemerintah daerah (pemda) saat menghitung data stunting.

Dalam mengurai kasus stunting, tidak bisa dilakukan hanya dengan mengurangi angka kasus atau menghapus datanya, namun diperlukan langkah komprehensif untuk penanganan kasus stunting.

"Saya beberapa kali di beberapa daerah, saya menemukan cara menghitung stunting itu misleading semua. Jadi ngapusi (bohong) aja itu," tuturnya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Puat (Rakorbangpus) 2023, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga: Buruh Gelar Aksi May Day Viesta di Istora Senayan, Tuntut 7 Hal Ini

3. Prevalensi stunting capai 21,6 persen di 2022

Menko PMK: 52 Persen Angkatan Kerja Indonesia Penyintas StuntingIlustrasi anak stunting (ANTARA FOTO)

Suharso mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia hingga akhir tahun 2022 mencapai 21,6 persen.

Sebagai informasi, stunting (kekerdilan pada anak) dapat terjadi karena kekurangan gizi khususnya di masa 1.000 hari awal kehidupan. Pemenuhan gizi kepada ibu hamil sangat penting untuk diperhatikan demi mencegah stunting.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya