Pertumbuhan RI Terus Menguat, Berkat Geliat Ekonomi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kinerja ekonomi Indonesia tercatat terus menunjukkan penguatan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih berlanjut di tahun ini. Hal ini tercermin dari geliat aktivitas ekonomi masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi RI tumbuh 5,31 persen di sepanjang 2022. Realisasi itu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di 2021 yang sebesar 3,69 persen (yoy).
Secara kuartalan, kinerja ekonomi sepanjang tahun lalu terjaga di kisaran 5 persen, yakni pada kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen, kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen, kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen, dan kuartal kuartal IV-2022 sebesar 5,01 persen.
1. Ekonomi RI bersinar dibandingkan negara lain
Kinerja ekonomi RI yang positif dan cukup solid juga diakui sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menyebut Asia merupakan titik terang di tengah redupnya perekonomian global, tak terkecuali Indonesia.
"Asia tetap menjadi titik terang relatif dalam ekonomi global yang semakin meredup," tulis IMF dalam laporannya yang bertajuk 'Asia Sails Into Headwinds From Rate Hikes, War, and China Slowdown' edisi Oktober 2022, dikutip Kamis (16/2/2023).
Baca Juga: Gubernur BI: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Bias ke Atas
2. Lantas apakah Indonesia memiliki pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara ASEAN?
Editor’s picks
Indonesia bukan menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi di beberapa negara kawasan ASEAN.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi ada pada Malaysia yang mencapai 8,7 persen di sepanjang 2022, disusul Vietnam sebesar 8,02 persen dan Filipina sebesar 7,6 persen, Singapura 3,8 persen.
3. BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 5,1 persen
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 akan bergerak di 5,1 persen atau titik tengah dari kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen.
"Apakah akan lebih tinggi dari 5,3 persen batas atas BI? Pandangan BI belum, kecuali ekspor ke China mengalami lonjakan begitu juga dengan konsumsi swasta,” tuturnya.
Ia menjelaskan jika prospek ekonomi baik, investor luar negeri akan menanamkan modalnya di luar negeri, baik melalui penanaman modal asing
Adapun beberapa faktor penopang yakni kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari perkiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi Tiongkok. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh tinggi dipengaruhi keyakinan pelaku ekonomi yang meningkat.
"Kenaikan mobilitas masyarakat pascapencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Investasi membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut," tuturnya.
Baca Juga: BI: Prospek Ekonomi Kuat, tapi Hadapi 3 Tantangan Ini