Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.185, Efek The Fed Tahan Suku Bunga

Rupiah menguat 74 poin

Intinya Sih...

  • Rupiah menguat 74 poin di pasar spot, mencapai Rp16.185 per dolar AS pada penutupan perdagangan pekan ini.
  • Penguatan rupiah didorong oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan, namun data ekonomi AS yang beragam bisa mempengaruhi penguatan tersebut.

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah di pasar spot mampu mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan hari ini, Kamis (2/5/2024). Mata uang Garuda pada penutupan perdagangan pekan ini parkir di level Rp16.185 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Bloomberg, rupiah menguat 0,46 persen atau 74 poin dibandingkan penutupan pada Selasa (30/4/2024) lalu. Dua hari lalu jelang libur Hari Buruh, rupiah berakhir di level Rp16.259 per dolar AS. 

Baca Juga: Usai MayDay, Rupiah Menguat ke Level Rp16.211 per Dolar AS

1. Won Korea menguat paling tinggi terhadap dolar AS

Sejumlah mata uang di kawasan Asia hingga pukul 15.00 WIB menunjukkan penguatan, Bila dirinci, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan tertinggi di Asia setelah ditutup melonjak 0,83 persen. 

Selanjutnya, peso Filipina terapresiasi 0,49, dan ringgit Malaysia melesat 0,37 persen. Diikuti, baht Thailand yang naik 0,32 persen, lalu dolar Taiwan terkerek 0,21 persen, dan dolar Singapura terangkat 0,14 persen. Adapun dolar Hong Kong terlihat menguat tipis 0,08 persen. 

Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah koreksi 0,59 persen terhadap dolar AS. Mata uang kawasan Asia yang ikut terkoreksi, yuan China yang turun 0,17 persen, dan rupee India yang melemah tipis 0,02. 

Baca Juga: Rupiah Melemah Tipis Lawan Dolar AS Jelang Libur Hari Buruh

2. Rupiah ditopang keputusan the Fed

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah ditopang oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan. Pelaku pasar masih mencerna pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, dini hari tadi.

"Ada dua poin yang bisa kita ambil dari pernyataan Powell, yaitu the Fed tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini dan the Fed menunda pemangkasan karena belum yakin inflasi AS akan turun ke 2 persen saat ini," tuturnya. 

3. Sinyal the Fed tak akan naikkan suku bunga beri sentimen positif

Di sisi lain, pernyataan the Fed soal tidak ada kenaikan suku bunga acuan juga memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Namun, ada indikasi penundaan, memberikan kekhawatiran di pasar bahwa the Fed bisa tidak melakukannya tahun ini.

"Data-data ekonomi AS yang dirilis semalam juga memberikan hasil yang beragam, ada yang lebuh bagus dari proyeksi seperti data ADP Non Farm Payrolls, dan ada yang di bawah prediksi seperti data PMI manufaktur versi ISM," ucap Ariston. 

Ia memproyeksi hasil keputusan the Fed semalam bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. 

"Tapi penguatan mungkin tidak banyak. Dari dalam negeri, data inflasi bulan April mungkin bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3 persen," ujarnya.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya