Rupiah Kuat di Level Rp15.502 per Dolar AS

Penguatan rupiah di dorong faktor The Fed

Jakarta, IDN Times - Kurs rupiah di pasar spot menguat pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (14/12/2023). Rupiah ditutup di level Rp15.502 per dolar Amerika Serikat (AS). 
 
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 158,50 poin atau 1,01 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp15.661 per dolar AS.

1. Sejumlah mata uang ikut menguat

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 15.15 WIB, sejumlah mata uang di kawasan Asia juga menguat mulai dari rupee India menguat 0,07 persen, yuan China menguat 0,49 persen. 

Kemudian ringgit Malaysia menguat 0,78 persen, bath Thailand menguat 0,58 persen, peso Filipina menguat 0,47 persen, won Korea menguat 1,88 persen dan dolar Taiwan menguat 0,84 persen. 

Baca Juga: 4 Perbedaan Emas Muda dan Emas Tua, Catat Sebelum Membeli

2. Suku bunga The Fed sudah sampai puncak

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, penguatan rupiah ditopang oleh keputusan The Fed yang menyatakan bahwa suku bunga The Fed sudah mencapai puncaknya pada 5,4 persen. 

"The Fed pun mengatakan akan menurunkan suku bunga setidaknya tiga kali pada 2024 menjadi 4,6 persen," jelas Ibrahim. 

Meski demikian, ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi optimisme dalam beberapa bulan mendatang, terutama karena kekuatan ekonomi AS masih dapat memicu peningkatan inflasi.

Data terkini menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tetap stabil di bulan November, sementara pasar tenaga kerja juga tetap kuat.

"Di Asia, pasar sekarang menunggu isyarat ekonomi lebih lanjut mengenai China dari data produksi industri dan penjualan ritel yang dirilis pada hari Jumat, setelah serangkaian pembacaan yang mengecewakan di bulan November," ucap Ibrahim. 

3. Bank Sentral AS bakal pangkas suku bunga di 2024

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan Bank Sentral AS memberikan sinyal pemangkasan suku bunga acuan di 2024, karena tren inflasi yang sudah melandai di negeri Paman Sam. 

"Faktor lainnya, tingkat imbal hasil obligasi AS langsung turun pasca pengumuman hasil rapat the Fed tersebut. Yield tenor 10 tahun bergerak di level 4,0 persen dari sebelumnya di 4,2 persen. Hasil ini juga memicu pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," tegas Ariston.

Survei dari CME FedWatch Tool terbaru menunjukkan probabilitas yang lebih besar untuk pemangkasan di bulan Maret dan Mei dari perkiraan sebelum pengumuman the Fed.

"Di Maret, probabilitas naik menjadi 73 persen dari sebelumnya 41 persen. Kemudian di Mei, probabilitas naik menjadi 94 persen dari sebelumnya 75 persen," ucap Ariston.

Baca Juga: BI dan Uni Emirat Arab Sepakat Buang Dolar, Bisa Belanja Pakai QRIS!

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya