Rupiah Masih Lesu, Bank Indonesia Janji Jaga Confidence Pasar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah dalam beberapa waktu terakhir terus melemah, kondisi ini disebabkan oleh kuatnya sentimen eksternal. Bahkan berdasarkan data bloomberg rupiah ditutup pada level Rp15.890 per dolar AS atau menguat 0,31 persen dibandingkan akhir pekan lalu yang berada di level Rp15.939 per dolar AS.
Pada pukul 12.10 WIB, rupiah sempat menyentuh level Rp15.925 per dolar AS dan mulai berangsur menurun hingga penutupan sore ini. Pelemahan rupiah saat ini bukanlah yang terdalam, karena mata uang Garuda pernah menyentuh level Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020.
Baca Juga: Rupiah Sempat Tembus Rp15.900, Jokowi Pastikan Depresiasi Masih Aman
1. Hampir semua mata uang ditutup menguat terhadap dolar AS
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan sepanjang hari ini, hampir semua mata uang negara berkembang (peers) regional menguat terhadap dolar AS, termasuk rupiah.
"Tentu kami mencermati pergerakan mata uang regional tersebut, karena sifatnya masih sangat data dependent, berbagai kemungkinan masih terbuka," ucapnya kepada IDN Times, Senin (30/10/2023).
2. BI janji jaga confidence pasar
Editor’s picks
Menurut Edi, BI akan terus mencermati pergerakan mata uang regional tersebut, karena sifatnya masih sangat data dependen. Alhasil, berbagai kemungkinan masih sangat terbuka.
"Tentu yang terpenting bagi pasar valas domestik kita adalah tetap menjaga market confidence, dengan menjaga keseimbangan supply atau demand valas di market," jelasnya
Edi menilai persediaan dan permintaan valuta asing di pasar masih sangat terkendali. Bank Indonesia pun telah melakukan intervensi, baik di pasar spot maupun pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Baca Juga: Pengusaha Prediksi Pelemahan Rupiah Masih Tinggi hingga Akhir Tahun
3. Rupiah masih dipengaruhi eskalasi konflik Timur Tengah
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh sentimen karena eskalasi konflik Timur Tengah dan antisipasi pasar terhadap rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS pekan ini.
Kondisi ini pun berdampak pada harga emas di pasar spot yang masuk ke atas level psikologis 2.000 dolar AS mengindikasikan masih kuatnya sentimen hindar risiko.
"Pekan ini, Bank Sentral AS akan memutuskan kebijakan moneternya ke depan di Kamis dinihari. Ekspektasi pasar mengenai suku bunga tinggi di AS masih bertahan dengan masih belum turunnya inflasi AS ke level target 2 persen," ujarnya.
Baca Juga: Ini 3 Investasi yang Tetap Cuan Saat Rupiah Lesu