Rupiah Masih Loyo, Dibuka di Level Rp16.217,5 per Dolar AS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah masih menunjukkan pelemahan jelang akhir pekan atau pada pembukaan perdagangan, Jumat (26/4/2024). Rupiah bertengger di level Rp16.217,5 per dolar AS.
Menurut laporan Bloomberg, rupiah melemah sebanyak 30 poin atau 0,19 persen dibandingkan pada penutupan perdagangan sebelumnya, yaitu Kamis (25/4/2024), di mana kurs rupiah berada di Rp16.188 per dolar AS.
Baca Juga: Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Jawabannya
1. Mata uang di kawasan Asia kompak melemah
Di kawasan Asia, tak hanya rupiah yang mengalami pelemahan, karena sejumlah mata uang juga lesu terhadap dolar AS. Rinciannya, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, yuan China melemah 0,08 persen, rupee India melemah 0,01 persen.
Selanjutnya ada mata uang peso Filipina melemah 0,11 persen, won Korea melemah 0,02 persen, dolar Singapura melemah 0,06 persen, dan dolar Hongkong 0,02 persen.
Baca Juga: 3 Jurus Bank Indonesia Demi Stabilkan Nilai Tukar Rupiah
2. Rupiah masih berpotensi melemah seharian
Editor’s picks
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS sepanjang hari ini. Hal ini disebabkan data ekonomi AS yang dirilis semalam waktu AS menunjukkan komponen harga dari PDB di kuartal I mengalami kenaikan yang melebihi ekspektasi.
"Komponen harga dari PDB kuartal I menunjukkan kenaikan yang melebihi ekspektasi pasar 3,7 persen vs 3,4 persen yang artinya inflasi masih tinggi," jelasnya.
Dengan demikian, sepanjang hari ini rupiah masih berpotensi melemah ke level Rp16.230 per dolar AS hingga Rp16.250 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 3 Bulan, Pengusaha Jateng Akan Rumahkan Karyawan
3. The Fed masih sulit turunkan suku bunga acuan
Lebih lanjut, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS juga lebih bagus dari prediksi, menunjukkan penurunan klaim menjadi hanya 207 ribu dari ekspektasi 214 ribu.
Dengan hasil ini, meskipun data PDB di kuartal I AS direvisi turun menjadi 1,6 persen dari ekspektasi 2,5 persen, ekonomi AS masih cukup solid dan inflasi sulit turun.
"The Fed mungkin masih sulit untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga acuannya. Malam ini, pelaku pasar juga masih menunggu data indikator inflasi Core PCE Price Index bulan Maret yang menjadi acuan penting the Fed untuk mempertimbangkan kebijakan moneter AS selanjutnya," imbuh Ariston.