Rupiah Menguat Tipis ke Level Rp14.958,5 per Dolar AS

Rupiah masih dibayangi sentimen global

Jakarta, IDN Times - Rupiah ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (14/7/2023). Pada perdagangan hari ini, rupiah ditutup pada level Rp14.958,5 per dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah menguat tipis 0,05 persen atau tujuh poin. Pada Kamis (13/7/2023), rupiah ditutup pada level di Rp14.966 per dolar AS.

1. Rupiah masih berpotensi menguat

Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, potensi rupiah untuk meneruskan penguatan di pekan depan masih terbuka. Itu disebabkan oleh fakta adanya penurunan dalam data inflasi AS dan tenaga kerja AS yang melambat. 

"Rupiah masih berpotensi menguat ke depan. Artinya, ada ruang untuk The Fed menjadi less hawkish dari perkiraan awal. Namun, untuk periode Juli, pasar masih melihat The Fed akan menaikkan suku bunga Fed Funds Rate sebesar 25 bps," tuturnya. 

Baca Juga: 3 Jurus Bank Indonesia Demi Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

2. Sentimen pasar masih dari kebijakan The Fed

Dia menjelaskan, sentimen pasar masih bersumber dari negara-negara Barat yakni berkaitan arah suku bunga kebijakan The Fed dengan inflasi dan pasar tenaga kerja. Namun, juga terdapat sentimen dari China yang berkaitan stimulus pemerintah China untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi. 

"Jadi, kedua negara tersebut di tengah risiko perlambatan ekonomi global," ucapnya. 

Baca Juga: Penukaran Rupiah ke Riyal Naik Drastis di Musim Haji 2023

3. Rupiah sulit menguat ke level Rp14.500 per dolar AS

Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan rupiah akan sulit untuk kembali pada kisaran Rp14.000 hingga Rp14.500 per dolar AS, karena masih ada tekanan dari sisi global. 

"Kondisi mata uang negara lain juga masih melemah. Artinya, kalau kita menguat sendirian, sementara currency lainnya melemah, kayanya akan cukup sulit. Paling tidak sih, rupiah akan menguat di kisaran Rp14.900 per dolar AS itu masih memungkinkan. Tapi, kalau jauh menguat hingga Rp14.500 per dolar AS masih sulit untuk dicapai dengan kondisi dinamika global dan The Fed," katanya.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya