Rupiah Terus Anjlok, Mirip Situasi Krisis Moneter?

Rupiah terus melemah hingga sentuh Rp16.200 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah mengalami volatitlitas dalam beberapa waktu terakhir, bahkan sepanjang April mata uang Garuda menyentuh level terendahnya di level Rp16.200 ribu per dolar AS.

Dalam catatan IDN Times, posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir yakni saat pandemik COVID-19 terjadi di awal 2020.

Lantas apakah fluktuasi rupiah ini sama seperti era krisis moneter?

Baca Juga: 5 Penyebab Krisis Moneter 1998, Gen Z Wajib Tahu!

1. Lumpuhnya kegiatan ekonomi pada Juli 1997

Rupiah Terus Anjlok, Mirip Situasi Krisis Moneter?Ilustrasi krisis ekonomi dan dampaknya terhadap perbankan Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Maret 1999 yang ditulis oleh Lepi T Tarmidi, dijelaskan bahwa krisis moneter melanda Indonesia sejak awal Juli 1997 dan berlanjut hingga berubah menjadi krisis ekonomi, yakni
lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup
dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.

Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja. Namun ada berbagai krisis  nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah.

2. Pada Agustus 1997, BI tak lakukan intervensi rupiah merosot tajam

Rupiah Terus Anjlok, Mirip Situasi Krisis Moneter?potret situasi krisis tahun 1998 (historia.id)

Oleh karena itu, konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar AS. Sehingga, rupiah bergerak secara bebas (free floating) menggantikan sistem managed floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978.

Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar.

Saat itu, nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp2.450 per dolar AS Juni 1997 menjadi Rp13.513 akhir Januari 1998. Namun, rupiah kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp8.000 awal Mei 1999.

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp16 Ribu, Sri Mulyani Ungkap Untung Ruginya

3. Alasan krisis moneter terjadi

Rupiah Terus Anjlok, Mirip Situasi Krisis Moneter?ilustrasi uang tunai (pixabay.com/Iqbal Nuril Anwar)

Permasalahan saat krisis moneter bukanlah sektor rupiah dalam negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dolar AS yang mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai fundamentalnya.  Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar.

Seandainya tidak ada serbuan terhadap dolar AS ini, meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi Indonesia tidak akan mengalami krisis. Dengan lain perkataan, walaupun distorsi pada tingkat ekonomi mikro ini diperbaiki, tetapi bila tetap ada gempuran terhadap mata uang rupiah, maka krisis akan terjadi juga, karena cadangan devisa yang ada tidak cukup kuat untuk menahangempuran ini.

Baca Juga: Rupiah Terus Ambles, Pemerintah Imbau Tak Perlu Khawatir

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya