Sederet Dampak Buruk Konflik Israel-Iran terhadap Ekonomi RI
Intinya Sih...
- Ketegangan geopolitik Iran-Israel berdampak pada ekonomi Indonesia.
- Harga minyak naik akibat eskalasi konflik, mengganggu impor dan APBN.
- Keluarnya investasi asing, pertumbuhan ekonomi melambat, inflasi meningkat.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Meningkatnya ketegangan geopolitik usai Iran melancarkan serangan balasan ke Israel, dikhawatirkan bakal berdampak terhadap ekonomi Indonesia.
Lantas, seberapa besar dampak ketegangan ini dan sektor apa saja yang akan terkena dampak? Simak ulasannya.
Baca Juga: Seberapa Besar Dampak Konflik Israel-Iran terhadap Perdagangan RI?
1. Konflik Iran-Israel beri pengaruh yang besar ke ekonomi Indonesia
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan,
jika terjadi eskalasi tentunya akan menimbulkan ketidakpastian dan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar kepada ekonomi dunia, dan tentu terhadap Indonesia.
"Tentu kami perlu juga punya analisa mengenai kemungkinan eskalasi itu meningkat, dan bila mana Israel membalas kembali dan bagaimana nanti itu menarik pihak-pihak Amerika dan negara-negara yang selama ini mendukung Israel,” ujarnya dalam diskusi bersama IDN Times.
2. Picu naiknya harga minyak dunia
Menurutnya, saat ini harga minyak sudah merangkak naik, dan bila terjadi eskalasi harga minyak akan melambung lebih tinggi.
Bahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden diperkirakan akan mengenakan sanksi terhadap minyak dari Iran. Adapun saat ini, Iran memproduksi minyak 3 miliar barel per hari dan mengekspor 1 miliar barel per hari.
"Jika AS meningkatkan sanksi yang membawa minyak dari Iran itu akan ada dampak kepada kapasitas Rusia mengirim minyak. Di satu sisi ada suplai shock yang terjadi dan demand tengah alami peningkatan," jelas Mari
Kenaikan harga minyak, nantinya bakal mengganggu ekonomi Amerika. Dolar AS bakal menguat dan harga emas akan naik.
“Lalu apa pengaruhnya kepada Indonesia? Ini saya lihat per 12 April harga emas naik 12 persen, harga minyak juga naik, dolar AS menguat. Nah untuk Indonesia, akan ada gangguan terhadap impor seperti minyak, gandum, dan produk Eropa lain,” tuturnya
Baca Juga: Bagaimana Dampak Perang Iran-Israel ke Industri Pupuk Nasional?
3. Beban subsidi bengkak, defisit APBN berpotensi melebar
Editor’s picks
Selain itu, ia memperkirakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bisa lebih besar alias boncos, yang disebabkan dampak kenaikan harga minyak yang akan membebani subsidi BBM, kecuali bila pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM.
"Kalau terjadi eskalasi, pemerintahan yang baru akan masuk di Oktober akan mengalami ketidakpastian yang tinggi, harga minyak tinggi. Dimana dilema subsidi BBM," jelasnya.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang saat ini sangat tertekan dan sempat tembus di atas Rp16 ribu per dolar AS, bisa terdepresiasi lebih dalam lagi. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa terbakar.
4. Kenaikan harga minyak global pengaruhi Indonesia
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, serangan Iran kepada Israel memiliki dampak yang serius bagi perekonomian Indonesia.
Pertama, memicu lonjakan harga minyak mentah Indonesia ke 85,6 dolar AS per barrel atau meningkat 4,4 peesen year on year. Iran adalah negara penghasil minyak ketujuh terbesar di dunia, produksi dan distribusi minyak Iran bisa terpengaruh dan menyebabkan harga minyak global melonjak tajam.
Harga minyak global yang melonjak tersebut akan berimbas ke Indonesia dan menyebabkan pelebaran subsidi energi hingga pelemahan kurs rupiah lebih dalam.
“Bagi APBN artinya ada kemungkinan penambahan belanja subsidi energi tahun ini atau dikhawatirkan BBM subsidi akan disesuaikan harga dan kuotanya,” tutur Bhima.
Di samping itu, Bhima menilai naiknya harga minyak ini belum tentu akan menguntungkan penerimaan negara, karena berbagai komoditas lain seperti batubara justru harganya anjlok.
Baca Juga: Duh, Konflik Iran-Israel Bisa Hambat Investasi Masuk RI!
5. Aliran modal asing yang keluar meningkat dan ekspor bakal terganggu
Kedua, konflik yang memanas ini akan menyebabkan keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. "Investor juga akan mencari aset yang aman baik dari emas dan dolar AS, sehingga rupiah bisa melemah hingga Rp17 ribu per dolar AS," jelas Bhima.
Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia ke timur tengah, Afrika dan Eropa akan terganggu. "Kondisi ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat,: jelasnya.
Bhima memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI bisa terperosok menjadi 4,6 persen hingga 4,8 persen jauh dari target pemerintah sebesar 5 persen.. Keempat, konflik tersebut akan menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi. Meningkatnya inflasi tersebut akan membuat tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar.
Di sisi lain, rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain. Hal ini akan menyebabkan biaya produksi menjadi naik dan akan diteruskan ke konsumen, sehingga harga-harga akan menjadi mahal.