Serap Banyak Tenaga Kerja, Sektor Pertanian Masih Banyak Problem

Sektor pertanian jadi mesin penggerak ekonomi

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, sektor pertanian masih menjadi mesin penggerak perekonomian Indonesia. Kontribusi dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mencapai 12,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto.

Plt Kepala BPS Amalia Adiningrat Widyasanti mengatakan, sektor pertanian konsisten mengalami pertumbuhan positif dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Pada 2021, sektor pertanian tumbuh 1,8 persen, 2022 meningkat jadi 2,25 persen, dan sampai kuartal III 2023 pun masih tumbuh di level 1,34 persen.

"Pertanian kita yang relatif tangguh di tengah ketidakpastian Global dengan tetap tumbuh positif, bahkan saat pandemik Covid-19 kinerjanya tetap (baik)," ucap Amalia dalam Diseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap 1, Senin (4/12/203).

1. Sektor pertanian serap banyak tenaga kerja

Serap Banyak Tenaga Kerja, Sektor Pertanian Masih Banyak Problem

Amalia menjelaskan sektor pertanian memiliki andil cukup besar dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan sektor lainnya.

"Sebanyak 29,96 persen dari total tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Tahun ini, proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian ada pada kisaran 29,36 persen," jelasnya.

Bahkan di tengah ketidakpastian global, tekanan inflasi global karena fluktuasi dari harga pangan, laju ekspor produk pertanian terus meningkat.

2. Produktivitas sektor pertanian minim

Serap Banyak Tenaga Kerja, Sektor Pertanian Masih Banyak ProblemIlustrasi kegiatan petani di area persawahan yang terendam banjir. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Meski sektor pertanian memiliki manfaat yang besar bagi perekonomian, namun Amalia mencatat setidaknya masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi sektor ini.

Pertama, produktivitas sektor pertanian sangat minim atau hanya 1/6 dari produktivitas sektor pengolahan. Padahal pekerja yang berstatus di sektor pertanian sejak 2013 sampai saat ini mendominasi total pekerja yang bekerja di sektor pertanian.

"Sekitar 10 tahun terakhir sebanyak 88 persen pekerja yang bekerja di sektor pertanian berstatus informal," ucap Amalia.

Tantangan kedua, mayoritas pekerja di sektor pertanian hanya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar dengan presentasenya mencapai 75 persen. Sementara itu sebanyak 58 persen petani berumur 45 tahun keatas.

Kondisi ini pun, dinilainya perlu menjadi perhatian banyak pihak untuk mendorong regenerasi ke petani muda.

"Ada tren pekerja di sektor pertanian cenderung menua dan ini merupakan perhatian kita bersama untuk Bagaimana mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian," ucapnya.

Baca Juga: Cerita Founder Javara Terjun ke Pertanian, Buka Akses Pasar Petani

3. Kesejahteraan petani rendah

Serap Banyak Tenaga Kerja, Sektor Pertanian Masih Banyak ProblemDiseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap 1. (Sceeensot Youtube/BPS RI)

Selanjutnya, pertanian di Tanah Air juga memiliki masalah dari sisi upah rill yang rendah. Hal ini pun mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.

Menurut Amalia, tingkat kesejahteraan petani yang minim akan berujung pada naiknya kemiskinan. Data kemiskinan pada Maret 2023 mencapai 9,36 persen dan di kota 7,29 persen.

"(Kemiskinan) di pedesaan tembus 12,22 persen pada umumnya pedesaan didominasi pereko sektor pertanian," pungkasnya.

Baca Juga: Jokowi Hadir di COP28, Bahas Investasi di Sektor Pertanian- Perkebunan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya