Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Global 2024 Lebih Baik dari Tahun Ini

Inflasi global diproyeksi menurun tahun depan

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani memproyeksikan kinerja ekonomi global tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini yang masih diselimuti ketidakpastian. Namun, dia mengingatkan Indonesia harus tetap waspada.

“Sampai saat ini disebutkan oleh berbagai lembaga internasional, tahun depan akan relatif lebih baik tetapi kita juga harus men-discount juga karena proyeksinya terus direvisi. Yang namanya proyeksi ekonomi dari lembaga internasional itu revisinya bisa mencapai empat kali dalam setahun,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga: BI Akui Tantangan Ekonomi Global Makin Tak Mudah

1. Dinamika ekonomi terus terjadi

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Global 2024 Lebih Baik dari Tahun IniIlustrasi Resesi. IDN Times/Arief Rahmat

Dia mengingatkan saat memasuki 2023, Presiden Joko "Jokowi" Widodo  mendapatkan masukan dari berbagai lembaga internasional bahwa 2023 waktu itu diperkirakan menjadi tahun yang gelap.

"Setelah dijalani selama hampir empat bulan di tahun 2023, dinamika yang terjadi menunjukkan kelam dan resesi seiring meningkatnya ketidakpastian global, khususnya negara Eropa dan Amerika Serikat dinamikanya menunjukkan arah negatif, kemungkinan akan terjadi," sambungnya.

Ia menjelaskan saat lembaga internasional melakukan revisi berkali-kali terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi, kalibrasinya menunjukkan banyak faktor yang tidak tercakup dalam modeling lembaga. "Namun at least sampai hari ini, (global) disebutkan oleh banyak prediksi lembaga internasional, bahwa tahun depan relatif lebih baik."

Baca Juga: Gawat, Pemulihan Ekonomi Global Diramal Rapuh

2. Faktor ekonomi global bakal membaik

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Global 2024 Lebih Baik dari Tahun Iniilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Sri Mulyani memaparkan beberapa faktor yang mendorong perekonomian global makin membaik di 2024 antara lain moderasi harga komoditas meskipun masih volatile. Selain itu, inflasi juga akan dalam tren melandai tahun depan karena puncak inflasi di negara maju akan terjadi pada tahun ini.

“Puncak inflasi terjadi tahun ini utamanya di Amerika Serikat dan Eropa. Kenapa? Di Eropa karena harga energinya akibat perang Ukraina, dan di Amerika juga karena harga energi,” kata Menkeu.

Faktor lain yang membuat perekonomian global membaik di 2024 adalah relaksasi COVID-19 di China, penguatan pemulihan ekonomi di Asia, dan juga potensi new growth alias ekonomi digital dan green economy.

Dia juga menjelaskan beberapa faktor penyebab perlambatan perekonomian global tahun ini seperti ketidakpastian tensi geopolitik Rusia dan Ukraina, konflik semenanjung Korea, serta tensi AS, China, dan Taiwan. Belum lagi, kompetisi kebijakan penanganan perubahan iklim.

Selain itu, tingkat suku bunga yang relatif tinggi, tekanan sektor properti di China, policy space (fiskal) relatif sempit, potensi dampak rambatan isu stabilitas perbankan AS, dan potensi dampak climate change juga menjadi faktor melambatnya ekonomi global tahun ini.

Baca Juga: BI Akui Tantangan Ekonomi Global Makin Tak Mudah

3. Waspada dan cermati dinamika perkembangan global

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Global 2024 Lebih Baik dari Tahun Iniilustrasi resesi (IDN Times/Esti Suryani)

Tak hanya itu, seluruh negara dikagetkan dengan masalah di sektor keuangan perbankan di AS dan Eropa, yakni jatuhnuya Silicon Valley Bank (SVB) dan Credit Suisse pada Maret ini.

"Di Eropa Cruisse Swiss merupakan the seocnd largest bank, di Swiss yang selama ini terkenal sebagai surganya stabilitas perbankan di dunia, tidak cuma di Eropa. Jika seluruh negara (stabilitas) lagi goyang, nilai tukar goyang semua lari ke Swiss franc sama seperti AS," tegasnya.

Dengan gejolak stabilitas sistem keuangan yang terjadi beberapa waktu terakhir, Menkeu mengimbau semua pihak terus mewaspadai dan mencermati berbagai perkembangan terkini.

"Ini harus kita waspadai sebab AS dan Eropa dalam menaikkan suku bunga secara ekstrem untuk kendalikan inflasi berikan dampak yang tidak kecil ke stabilitas sektor keuangan. Maka pilihan kebijajan menjadi sangat dilematis mau memilih stabilitas dari sisi pengendlaian ifnlasi atau stabolitas sisi lembaga keuangan," tutupnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya