Statement The Fed Dorong Rupiah Melemah di Level Rp15.650 per Dolar AS

Rupiah melemah 0,09 persen

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah pada penutupan perdagangan, Rabu (8/11/2023). Rupiah mengakhiri sore di level Rp15.650 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda melemah sebanyak 0,09 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp15.536 per dolar AS.

1. Mata uang di kawasan ikut melemah

Hingga pukul 15.00 WIB, pergerakan mata uang di Asia bervariasi cenderung melemah. Di mana ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,26 persen.

Selanjutnya, yen Jepang yang melemah 0,19 persen ada won Korea Selatan yang ditutup tertekan 0,18 persen. Disusul, dolar Taiwan yang ditutup turun 0,09 persen.

Berikutnya, dolar Singapura yang turun 0,06 persen dan rupee India yang melemah tipis 0,005 persen pada perdagangan sore ini.

Sementara itu, peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah ditutup naik 0,2 persen, kemudian, dolar Hongkong terkerek 0,04 persen dan yuan China menanjak 0,02 persen danbaht Thailand yang menguat tipis 0,006 persen terhadap the greenback.

Baca Juga: The Fed Diproyeksikan Naikkan Suku Bunga Lagi, Dampaknya?

2. Penyebab rupiah melemah

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyatakan, pergerakan rupiah yang melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Hal itu seiring dengan pernyataan beberapa petinggi the Fed yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan.

"Salah satu Gubernur the Fed, Michelle Bowman, semalam mengatakan bahwa the Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya lagi untuk menurunkan inflasi ke 2 persen," ujar Ariston.

Selain itu, data ekspor China yang dirilis pada Selasa (7/11/2023), yang menunjukkan penurunan lebih dalam dari ekspektasi, memunculkan kembali isu pelambatan ekonomi.

"(Hal itu) memicu sentimen hindar risiko di pasar keuangan. Ini bisa memicu pelemahan rupiah," tambahnya.

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik ke 6 Persen, BCA Belum Akan Naikkan Bunga Kredit

3. Suku bunga The Fed diperkirakan bertahan di level tinggi hingga 2024

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh pernyataan Bank Sentral AS atau The Fed yang memberikan isyarat bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. 

"Kemungkinan besar akan tetap di atas 5 persen hingga akhir tahun 2024. Data berjangka dari alat CME FedWatch menunjukkan kemungkinan 15 persen kenaikan suku bunga lagi pada Januari 2024 dan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 22 persen pada Maret 2024," jelasnya. 

Selain itu, tanda-tanda berlanjutnya pelemahan ekonomi China juga membuat para pedagang waspada terhadap pasar regional. Hal ini karena ekspor China turun lebih besar dari perkiraan. 

"Neraca dagang juga turun ke level terendah dalam 17 bulan pada Oktober. Fokus sekarang tertuju pada inflasi China yang akan dirilis pada Kamis," jelasnya. 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya