Trump Cuek soal Kenaikan Harga Mobil akibat Tarif 25 Persen

Intinya sih...
- Trump menerapkan tarif 25% untuk mobil impor mulai 2 April 2025, mengancam hubungan dagang dan produksi otomotif AS.
- Produsen mobil besar menolak kebijakan ini, namun Trump tidak akan memberi kelonggaran dan berharap harga mobil impor naik.
- Negara-negara seperti Inggris, Jerman, Prancis, Kanada, dan China siap merespons dengan tegas terhadap kebijakan tarif tinggi AS.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia “tidak peduli” jika produsen mobil menaikkan harga setelah tarif 25 persen untuk kendaraan impor mulai berlaku pada 2 April 2025. Kebijakan ini diprediksi bakal memukul industri otomotif, mengerek harga mobil, dan memperburuk hubungan dagang dengan sekutu AS.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa tarif tersebut bisa memicu penghentian sementara produksi di beberapa pabrik di AS, mempersempit pasokan, dan membuat harga kendaraan melambung. Namun, dalam wawancara dengan NBC News pada Sabtu (29/3/2025), Trump justru berharap harga mobil impor naik.
“Jika itu terjadi, orang-orang akan membeli mobil buatan Amerika. Kami punya banyak,” katanya, dikutip dari BBC Internasional, Minggu (30/3/2025).
1. Trump pastikan tarif berlaku tanpa penundaan
Trump mengumumkan tarif impor kendaraan dan suku cadang sebesar 25 persen pada Rabu (26/3/2025). Kebijakan ini mulai diterapkan pada 2 April untuk kendaraan impor, sementara tarif untuk suku cadang baru berlaku mulai Mei atau lebih lambat.
Sebelumnya, aturan ini sempat diterapkan sebentar namun ditangguhkan pada awal Maret setelah mendapatkan tekanan dari produsen otomotif besar seperti Ford, General Motors, dan Stellantis. Namun, Trump menekankan bahwa kali ini tidak akan ada kelonggaran.
“Saya hanya akan mempertimbangkan negosiasi jika mereka memberi kami sesuatu yang sangat berharga. Kalau tidak, tidak ada ruang untuk negosiasi,” ujarnya dalam wawancara dengan NBC News.
Ia juga menyampaikan pesannya kepada para produsen mobil.
“Selamat, jika kalian membuat mobil di Amerika Serikat, kalian akan menghasilkan banyak uang. Jika Anda tidak melakukannya, Anda mungkin harus datang ke Amerika Serikat, karena jika Anda membuat mobil Anda di Amerika Serikat, tidak ada tarif,” kata Trump, dikutip dari CNN Internasional, Minggu (30/3).
2. Sekutu AS bersiap membalas, ketegangan dagang meningkat
Kebijakan tarif tinggi ini memantik reaksi keras dari berbagai negara. Inggris tengah dalam perundingan dengan Gedung Putih untuk meminta pengecualian, dengan Perdana Menteri Keir Starmer menegaskan bahwa ia tak ingin gegabah dalam menyikapi kebijakan ini.
Jerman mengisyaratkan perlawanan.
“Kami tidak akan menyerah. Eropa harus merespons dengan tegas,” ujar seorang pejabat Jerman.
Presiden Prancis bahkan menyebut kebijakan ini sebagai “buang-buang waktu” dan “tidak masuk akal”.
Kanada dan China juga bersiap mengambil langkah. Perdana Menteri Kanada Mark Carney mengatakan kepada Trump pada Jumat (28/3/2025) bahwa negaranya akan merespons dengan tarif balasan jika AS tetap bersikeras. Sementara itu, China menuduh AS melanggar aturan perdagangan internasional dan memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa memperburuk perang dagang yang sudah berlangsung.
3. Industri otomotif di AS hadapi lonjakan biaya
Para analis memperkirakan bahwa tarif 25 persen ini akan membebani biaya produksi kendaraan di AS, baik yang diimpor maupun yang dirakit di dalam negeri. Bahkan jika produsen tak langsung menaikkan harga, pasar tetap berisiko mengalami lonjakan akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Sejumlah pabrikan diperkirakan bakal mengurangi produksi sambil menunggu kepastian apakah kebijakan ini akan berlangsung lama. Trump sendiri mengatakan bahwa tarif tersebut akan bersifat permanen.
“Tentu saja, ini permanen,” ujarnya. “Dunia telah menipu Amerika Serikat selama lebih dari 40 tahun.”
Meski demikian, ia menyatakan masih terbuka untuk melakukan negosiasi setelah tarif mulai diterapkan.
“Saya hanya akan menurunkan tarif jika ada sesuatu yang sangat berharga yang bisa kita dapatkan. Kalau tidak, tidak ada negosiasi,” kata Trump.
Bagi produsen otomotif, kebijakan ini membawa dilema besar. Memindahkan produksi ke AS membutuhkan investasi besar untuk membangun pabrik baru, merekrut pekerja, dan menyusun ulang rantai pasokan. Selain itu, ketidakpastian seputar kebijakan Trump membuat banyak eksekutif otomotif ragu apakah langkah ini akan bertahan lama atau berubah dalam waktu dekat.