Trump Perkirakan Cuan hingga 1 Triliun Dolar AS dari Tarif Mobil Impor

- Presiden Trump resmi umumkan tarif 25% untuk mobil rakitan luar AS, mulai 2 April 2025.
- Tarif diharapkan dapat hasilkan pendapatan hingga 1 triliun dolar AS, tapi analis memperkirakan hanya sekitar 100 miliar dolar AS.
Jakarta, IDN Times – Presiden Donald Trump pada Rabu (26/3/2025), resmi mengumumkan penerapan tarif 25 persen untuk semua mobil yang dirakit di luar Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini mulai berlaku pada 2 April 2025, dengan pemungutan tarif dimulai sehari setelahnya.
Trump mengatakan bahwa kendaraan yang diproduksi di dalam negeri tak akan terkena kebijakan ini.
“Kami secara efektif akan menerapkan tarif 25 persen. Tapi jika Anda membangun mobil di Amerika Serikat, tak ada tarif,” kata Trump, dikutip dari CBS News, Kamis (27/3/2025).
1. Tarif baru diprediksi dongkrak pendapatan negara

Trump memperkirakan kebijakan ini bisa mendatangkan pendapatan sebesar 600 miliar hingga 1 triliun dolar AS (sekitar Rp16.560 triliun) dalam dua tahun ke depan.
“Angka ini akan digunakan untuk memangkas utang secara signifikan,” ujarnya.
Namun, Will Scharf, staf Sekretaris Gedung Putih, memberikan estimasi yang lebih rendah.
“Tarif ini akan menghasilkan sekitar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.656 triliun) dalam pendapatan baru setiap tahunnya,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa kebijakan ini berlaku di luar bea masuk yang telah diterapkan sebelumnya.
Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk menggenjot produksi dalam negeri, para analis memperingatkan potensi dampaknya terhadap harga kendaraan. Menurut laporan Anderson Economic Group, kebijakan ini bisa membuat harga beberapa model mobil melonjak hingga 12.200 dolar AS.
2. Saham otomotif merosot, pelaku industri beri respons beragam

Pengumuman tarif ini langsung mengguncang pasar saham. Saham Ford, General Motors, dan Stellantis anjlok sekitar 5 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Sementara itu, saham Tesla turun hampir 6 persen, di tengah kekhawatiran terhadap dampak kebijakan ini.
Matt Blunt, Presiden American Automotive Policy Council, menyatakan bahwa industri otomotif AS tetap mendukung visi Trump dalam meningkatkan produksi dan lapangan kerja.
“Penting agar tarif ini diterapkan dengan cara yang tak menaikkan harga bagi konsumen dan tetap menjaga daya saing sektor otomotif Amerika Utara,” katanya dalam pernyataan resmi.
Di sisi lain, sejumlah pihak menyambut baik langkah ini. Scott Paul, Presiden Alliance for American Manufacturing, menilai kebijakan ini bisa memperkuat industri otomotif AS.
“Produksi mobil adalah fondasi ekosistem manufaktur sebuah negara. Kami telah melihatnya terkikis selama empat dekade terakhir,” katanya dalam unggahan di media sosial.
Shawn Fain, Presiden United Auto Workers, menilai kebijakan ini berpotensi membuka lebih banyak lapangan kerja di AS.
“Dengan tarif ini, ribuan pekerjaan manufaktur dengan gaji layak bisa kembali ke komunitas pekerja dalam beberapa bulan ke depan hanya dengan menambah shift atau jalur produksi di pabrik yang masih kurang dimanfaatkan,” ujarnya.
3. Uni Eropa mengecam, Trump beri sinyal fleksibilitas

Keputusan Trump langsung menuai kritik dari Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyesalkan kebijakan ini dan menilai bahwa langkah tersebut merugikan kedua belah pihak.
“Tarif adalah pajak—buruk bagi bisnis, lebih buruk bagi konsumen di AS dan Uni Eropa,” katanya, dikutip dari CNBC International, Kamis (27/3).
Selain Uni Eropa, kebijakan ini juga berpotensi memperburuk hubungan dagang AS dengan mitra utama seperti Kanada, Jepang, Meksiko, dan Korea Selatan. Banyak produsen mobil yang memiliki pabrik di AS masih bergantung pada pasokan suku cadang dari luar negeri, yang kini akan dikenai tarif tambahan.
Meski demikian, Trump mengisyaratkan bahwa penerapan tarif ini masih bisa mengalami penyesuaian. Ia juga menyebut bahwa negara-negara mitra bisa bernegosiasi untuk menghindari tarif tambahan ini sebelum 2 April 2025.