Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Pertimbangkan Pangkas Tarif China demi Kesepakatan TikTok

ilustrasi aplikasi TikTok (pexels.com/BM Amaro)
Intinya sih...
  • Trump membuka peluang memangkas tarif impor dari China untuk mempercepat penjualan TikTok di AS.
  • Kesepakatan harus disetujui oleh pemerintah China, Trump optimistis bisa mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu.

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuka peluang untuk memangkas tarif impor dari China demi mempercepat penjualan operasi TikTok di AS oleh ByteDance. Langkah ini diambil seiring semakin mendekatnya tenggat waktu bagi perusahaan asal China itu untuk melepas TikTok, sesuai dengan aturan keamanan nasional yang telah ditetapkan.

Trump menyatakan bahwa China tetap memiliki peran dalam persetujuan divestasi ini.

“Mungkin saya akan memberi mereka sedikit pengurangan tarif atau sesuatu untuk menyelesaikannya,” kata Trump dalam konferensi pers pada Rabu, dikutip dari CNBC International, Kamis (27/3/2025).

Trump menilai TikTok sebagai platform besar, tetapi menurutnya setiap poin tarif memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan TikTok.

1. Trump tak menutup kemungkinan perpanjangan tenggat waktu

Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Trump mengakui bahwa kesepakatan terkait TikTok belum tentu rampung tepat waktu. Meski batas akhir transaksi ditetapkan pada 5 April 2025, ia siap memberikan perpanjangan jika negosiasi masih berjalan.

“Kita akan memiliki semacam kesepakatan, tetapi jika belum selesai, itu bukan masalah besar,” ujar Trump.

Sebelumnya, pada Januari, ia telah menandatangani perintah eksekutif yang menunda implementasi aturan ini.

Wakil Presiden AS JD Vance tetap optimistis bahwa kesepakatan terkait TikTok bisa tercapai sebelum tenggat waktu.

“Hampir pasti akan ada kesepakatan tingkat tinggi yang saya pikir memenuhi kekhawatiran keamanan nasional kita, memungkinkan adanya TikTok versi Amerika yang terpisah,” kata Vance kepada NBC News.

2. China bisa menjadi penentu keberhasilan kesepakatan

ilustrasi bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)

Persetujuan dari pemerintah China menjadi faktor kunci dalam kesepakatan ini. Trump menyebut bahwa Beijing kemungkinan harus memberikan restu dalam bentuk tertentu.

“China akan memiliki peran dalam hal ini, mungkin dalam bentuk persetujuan, dan saya rasa mereka akan melakukannya,” katanya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Beijing secara konsisten menolak kebijakan tarif tambahan dari AS.

“China telah berulang kali menyatakan posisinya. Penolakan kami terhadap tarif tambahan selalu konsisten dan jelas,” ujar juru bicara tersebut, dikutip oleh BBC, Kamis (27/3/2025).

Trump sendiri sebelumnya telah memanfaatkan tarif sebagai alat negosiasi dengan China. Sejak kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari, ia mengatakan akan menaikkan bea masuk terhadap produk China jika negara itu tak menyetujui penjualan TikTok.

3. Hubungan dagang AS-China semakin memanas

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Di luar polemik TikTok, tensi perdagangan AS-China kian meruncing akibat kebijakan tarif baru yang diumumkan Trump. Ia baru saja menaikkan pajak impor sebesar 25 persen terhadap seluruh mobil dan suku cadang yang masuk ke AS. Langkah ini semakin memperburuk dinamika perdagangan global yang sudah tegang sejak beberapa tahun terakhir.

Selain itu, AS juga menaikkan tarif untuk seluruh barang impor dari China menjadi 20 persen bulan ini, dua kali lipat dari bea masuk yang sebelumnya diterapkan Trump pada 4 Februari. China pun membalas dengan menerapkan tarif 10 hingga 15 persen pada sejumlah produk pertanian AS serta memperluas daftar perusahaan AS yang masuk dalam unreliable entity list.

Sementara itu, TikTok tetap menjadi aplikasi yang digandrungi di AS dengan sekitar 170 juta pengguna. Trump, yang dulu vokal ingin melarang TikTok, kini justru aktif di platform tersebut dan telah mengumpulkan lebih dari 15 juta pengikut. Ia bahkan mengklaim telah memperoleh miliaran tayangan selama kampanye pemilihan presiden.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us