Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Trump akan menggelar makan malam khusus untuk 220 investor kripto di klub golf miliknya, Trump National Golf Club, Washington.
  • Acara tersebut dipromosikan sebagai undangan paling eksklusif di dunia dengan pengeluaran hampir 1,8 juta dolar AS per orang.

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menggelar makan malam khusus untuk 220 investor kripto pada Kamis (22/5/2025) malam di klub golf miliknya, Trump National Golf Club, Washington.

Para tamu diundang usai membeli koin meme $TRUMP dengan rata-rata pengeluaran hampir 1,8 juta dolar AS per orang, atau sekitar Rp29 miliar. Acara ini dipromosikan sebagai undangan paling eksklusif di dunia di situs gettrumpmemes.com.

Acara ini bersifat black-tie optional dan memicu sorotan karena mengaburkan batas antara kepentingan politik, keuntungan pribadi, dan pengaruh asing. Berdasarkan data dari firma analitik Nansen, total 394 juta dolar AS dalam bentuk koin $TRUMP dibelanjakan demi mengamankan kursi di jamuan ini. Pendapatan dari biaya transaksi koin bahkan sudah menembus 900 ribu dolar AS dalam dua hari pertama, menurut Chainalysis.

Kepemilikan proyek koin $TRUMP didominasi dua entitas yang berafiliasi dengan Trump, yakni CIC Digital dan Fight Fight Fight LLC. Kritik berdatangan dari berbagai pihak, yang menilai kegiatan ini sarat konflik kepentingan dan potensi penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan finansial.

1. Investor utama $TRUMP berasal dari luar AS dan pernah dituduh manipulasi

Ilustrasi transaksi aset kripto (IDN Times/Aditya Pratama)

Investor terbesar dari koin $TRUMP adalah Justin Sun, miliarder kripto kelahiran China yang kini berkewarganegaraan St. Kitts dan Nevis. Ia sebelumnya didakwa atas tuduhan penipuan dan manipulasi pasar oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS saat pemerintahan Biden, namun pada Februari lalu, pemerintahan Trump menghentikan kasus tersebut.

Sun mengonfirmasi kehadirannya dalam acara ini melalui unggahan di X, menyebut dirinya "penggemar terbesar Trump!” Peneliti independen Molly White menemukan bahwa sekitar 72 persen dompet digital dari 220 pemenang kemungkinan besar dimiliki oleh pengguna asing. Banyak dari mereka menggunakan bursa yang melarang warga AS, menimbulkan kekhawatiran soal pengaruh asing terhadap kebijakan nasional.

Kehadiran investor non-AS dalam jamuan makan malam presiden dipandang sebagai celah bagi pihak asing untuk mendekati kekuasaan tertinggi di AS. Kegiatan ini juga memperlihatkan cara baru dalam membeli akses ke penguasa dengan kendaraan kripto sebagai tiket masuknya.

Peserta bernama Zac, seorang insinyur perangkat lunak asal New York mengaku, menghabiskan sekitar 110 ribu dolar AS untuk mendapatkan akses ke acara makan malam tersebut. Ia melihat acara ini sebagai kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan Presiden Trump. Ada pula Ogle, pendiri kripto anonim dan penasihat World Liberty Financial, yang berada di peringkat 22 daftar pemilik $TRUMP.

“Ini jauh lebih menarik daripada apa pun yang bisa saya lakukan dengan beberapa dolar. Ini akan menjadi momen bersejarah, baik atau buruk,” kata Ogle, dikutip dari Politico.

2. Senator AS kritik risiko keamanan dan konflik kepentingan

Bendera Amerika Serikat (pexels.com/Brett Sayles)

Senator Partai Demokrat Chris Murphy menyebut, acara ini “secara fundamental korup”, dan memperingatkan soal ancaman terhadap keamanan nasional. Ia mempertanyakan transparansi mengenai siapa saja yang akan hadir, terutama karena mayoritas tamu diduga berasal dari luar negeri.

Dalam sidang Komite Senat, Murphy mencecar Menteri Luar Negeri Marco Rubio atas kurangnya keterbukaan informasi soal daftar tamu.

“Ada jalan pintas untuk individu asing dengan pengaruh dan kekayaan besar agar bisa langsung melobi presiden AS,” kata Murphy, dikutip dari BBC.

Rubio menjawab, dirinya tidak tahu-menahu soal acara makan malam itu, dan tidak melihat adanya ancaman keamanan dari pertemuan semacam itu. Sementara itu, Murphy dan anggota Kongres Demokrat lainnya berencana melakukan aksi protes yang disiarkan langsung pada Kamis sore. Mereka menuntut Trump membuka daftar tamu dan menjelaskan imbal balik apa yang mungkin mereka terima.

3. Trump ubah sikap soal kripto demi dukungan dan keuntungan pribadi

ilustrasi mata uang digital (pexels.com/Worldspectrum)

Pandangan Trump terhadap mata uang kripto berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, ia menyebut Bitcoin sebagai “penipuan”, namun kini ia dan keluarganya menjadi pelaku utama industri tersebut. Mereka memiliki mayoritas saham di bursa kripto World Liberty Financial, yang diluncurkan menjelang pemilu 2024.

Trump bahkan mengklaim ingin menjadi “Presiden Kripto” pertama AS dan memperoleh dukungan signifikan dari industri ini selama kampanye. Laporan State Democracy Defenders Action menyebutkan, investasi kripto Trump meningkatkan kekayaannya hingga 2,9 miliar dolar AS (sekitar Rp47,3 triliun).

Tiga hari setelah dilantik, ia menandatangani Perintah Eksekutif untuk membentuk kerangka regulasi yang mendorong pertumbuhan mata uang digital. Adapun Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, membela Trump dari tuduhan konflik kepentingan.

“Presiden bekerja untuk mengamankan kesepakatan yang baik bagi rakyat Amerika, bukan untuk dirinya sendiri… meskipun selama bertahun-tahun diserang dengan kebohongan oleh media palsu,” ujarnya, dikutip dari Anadolu Agency.

Namun mantan regulator keuangan Timothy Massad membandingkan koin $TRUMP dengan perjudian.

“Ini seperti menjual kartu keanggotaan klub penggemar pribadinya yang kemudian diperjualbelikan. Tidak ada nilainy, tapi orang berspekulasi atas harga itu dan perdagangan tersebut memperkaya dirinya,” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team