Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Intinya sih...

  • Departemen Perdagangan menetapkan detail teknis aturan tarif.

  • Importir terjepit akibat kebijakan tarif mendadak.

  • Tarif baru memicu tekanan inflasi dan kenaikan harga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, resmi memperluas tarif 50 persen untuk impor baja dan aluminium sejak Senin (18/8/2025). Langkah ini menambah lebih dari 400 jenis produk baru yang kini masuk dalam cakupan kebijakan perdagangan tersebut. Departemen Perdagangan AS mengumumkan daftar produk yang terdampak pada Selasa (19/8/2025).

Produk yang dikenai tarif mencakup berbagai barang, mulai dari alat pemadam kebakaran, bahan bangunan, hingga baja listrik untuk kendaraan listrik. Sejumlah mesin, turbin angin, derek bergerak, buldoser, gerbong kereta, furnitur, pompa, serta suku cadang knalpot mobil juga masuk daftar. Kebijakan ini memperluas cakupan beban biaya bagi impor dari banyak negara.

Wakil Menteri Perdagangan untuk Industri dan Keamanan, Jeffrey Kessler, menyoroti tujuan perluasan tarif tersebut.

“Tindakan hari ini memperluas jangkauan tarif baja dan aluminium serta menutup celah untuk penghindaran – mendukung revitalisasi berkelanjutan industri baja dan aluminium Amerika,” ujarnya dikutip CNBC.

Pernyataan itu menegaskan dukungan pemerintah pada industri dalam negeri.

1. Departemen Perdagangan menetapkan detail teknis aturan tarif

ilustrasi pabrik baja (pexels.com/Pavel Chernonogov)

Departemen Perdagangan AS menggunakan kode bea cukai 10 digit untuk menentukan produk yang dikenai tarif, misalnya “8424.10.0000” untuk alat pemadam kebakaran. Cara ini membuat daftar barang terdampak sulit dipahami oleh masyarakat awam. Aturan tersebut hanya berlaku pada bagian produk yang terbuat dari baja atau aluminium, sedangkan komponen lain tetap dihitung sesuai regulasi umum.

Brian Baldwin, wakil presiden bea cukai di Kuehne + Nagel International AG, menilai kebijakan ini mengubah cara pengaturan produk berbasis logam.

“Komponen otomotif, bahan kimia, plastik, komponen furnitur—pada dasarnya, jika itu mengkilap, metalik, atau sedikit saja terkait dengan baja atau aluminium, mungkin ada dalam daftar. Ini bukan sekadar tarif lain—ini adalah perubahan strategis dalam cara produk turunan baja dan aluminium diatur,” tulisnya di LinkedIn.

Ia melihat langkah ini sebagai pergeseran besar dalam sistem tarif.

Kebijakan tarif 50 persen sejatinya sudah diumumkan Trump sejak Juni 2025. Saat itu, tarif dinaikkan dari 25 persen menjadi 50 persen untuk banyak negara. Namun, Gedung Putih belum memberikan kepastian apakah penambahan produk baru ini berlaku di luar tarif khusus yang sebelumnya telah diberlakukan.

2. Importir terjepit akibat kebijakan tarif mendadak

ilusrasi kapal berlayar (pexels.com/Tom Fisk)

Dilansir dari CNN Business, tarif baru yang berlaku mendadak membuat importir di AS menghadapi dilema. Barang yang sudah dalam perjalanan terancam terkena tarif 50 persen saat tiba di pelabuhan. Kondisi ini memaksa importir memilih antara menanggung biaya tambahan atau meminta operator kargo menahan pembongkaran, yang dapat memicu kerugian besar.

Di sisi lain, perusahaan baja dalam negeri seperti Cleveland-Cliffs justru mendorong pemerintah memperluas cakupan tarif. Mereka ingin lebih banyak suku cadang otomotif berbahan baja dan aluminium masuk dalam daftar. Sebaliknya, produsen mobil asing mengingatkan pemerintah bahwa kapasitas produksi baja dan aluminium lokal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif.

3. Tarif baru memicu tekanan inflasi dan kenaikan harga

ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)

Jason Miller, profesor manajemen rantai pasok di Michigan State University, mengungkapkan perkiraannya soal dampak tarif.

“Menurut perhitungan saya, tarif baja dan aluminium kini memengaruhi setidaknya 320 miliar dolar AS impor berdasarkan nilai bea cukai umum tahun 2024. Ini akan menambah tekanan inflasi akibat biaya yang meningkat pada harga yang sudah naik yang dikenakan oleh produsen domestik, seperti yang tercatat dalam data PPI bulan Juli,” tulisnya di LinkedIn.

Ia menekankan bahwa beban biaya akan terasa luas.

Analis dari Telsey Group menilai kebijakan tarif juga akan memperberat beban biaya produksi di sektor konstruksi, otomotif, dan elektronik. Hal ini terjadi karena kebijakan berimbas langsung pada rantai pasok manufaktur. Bersamaan dengan tarif 50 persen untuk barang berbahan tembaga, tekanan tambahan diperkirakan muncul dalam waktu dekat.

Dilansir dari Al Jazeera, beberapa perusahaan besar mulai menyalurkan biaya tambahan ke konsumen lewat kenaikan harga. Direktur Keuangan Home Depot, Richard McPhail, pada Selasa (19/8/2025) mengatakan dalam konferensi telepon bahwa pihaknya harus menaikkan harga barang impor. Procter & Gamble sebelumnya juga mengumumkan rencana menaikkan harga seperempat produknya akibat kebijakan tarif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team