Trump Tunda Kenaikan Tarif Barang China atas Pembelian Minyak Rusia
- Pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Putin di Alaska.
- Ancaman tarif sebagai alat diplomasi dalam tekanan terhadap pembeli minyak Rusia.
- Dampak penundaan tarif terhadap dinamika global dan negosiasi perdagangan AS dan China.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan bahwa ia akan menunda kenaikan tarif terhadap barang-barang asal China terkait pembelian minyak Rusia. Hal ini diungkapkan Trump dalam wawancara eksklusif dengan Sean Hannity dari Fox News pada Jum'at (15/8/2025), tak lama setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska.
Trump menegaskan bahwa alasan penundaan kebijakan tarif tersebut adalah adanya kemajuan yang ia capai bersama Putin dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina.
1. Pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Putin di Alaska
Pada Jum'at (15/8/2025), Trump melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Anchorage, Alaska. Pertemuan ini merupakan KTT pertama antara AS dan Rusia sejak 2021 dan diadakan dengan tujuan mendiskusikan solusi damai terkait konflik di Ukraina.
“Saya ingin melihat terwujudnya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Kami telah membahas banyak hal penting bersama,” kata Trump dalam konferensi pers usai pertemuan, dilansir Fox News.
Putin sendiri disebut terbuka dengan gagasan perdamaian dan keduanya sepakat untuk melanjutkan dialog.
“Kami sudah cukup dekat dengan kesepakatan, tetapi pada akhirnya Ukraina yang harus menyetujuinya,” tambah Trump.
2. Ancaman tarif sebagai alat diplomasi dalam tekanan terhadap pembeli minyak Rusia
Pemerintahan Trump mempertegas ancaman terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia dengan tambahan tarif sebesar 25 persen bagi produk asal India yang masih melakukan impor dari Rusia. Meski demikian, hingga Jum'at (15/8/2025), pemerintah AS belum mengeluarkan perintah resmi terkait ancaman yang sama untuk China, walaupun China merupakan pengimpor terbesar minyak Rusia.
Seorang pejabat Gedung Putih menyatakan bahwa tindakan sekunder terhadap negara pembeli minyak Rusia masih akan dipertimbangkan, dengan China menjadi sorotan utama.
Trump sebelumnya telah memperingatkan negara-negara seperti India dan China tentang kemungkinan sanksi lebih lanjut apabila konflik di Ukraina tidak segera mereda. Namun, setelah pertemuannya dengan Putin, Trump menyatakan bahwa pada saat ini mereka tidak perlu memikirkan sanksi terhadap China.
“Saya rasa pada saat ini kami tidak perlu memikirkan sanksi terhadap China,” ujar Trump, dikutip Economic Times.
3. Dampak penundaan tarif terhadap dinamika global dan negosiasi perdagangan
AS dan China pada Selasa (12/8/2025), sepakat memperpanjang “tariff truce” selama 90 hari untuk mencegah lonjakan tarif triple-digit antara kedua negara. Kesepakatan ini menjadi angin segar bagi pelaku industri dan konsumen di masa persiapan inventaris menjelang musim liburan akhir tahun.
“AS terus berdiskusi dengan China untuk mencari keseimbangan perdagangan yang lebih baik dan mengatasi isu keamanan nasional serta ekonomi di masa yang akan datang,” tulis Trump, dilansir Reuters.
Sementara itu, ekonomi China yang sedang melambat berpotensi mengalami tekanan apabila Trump benar-benar merealisasikan kenaikan tarif terkait pembelian minyak Rusia. Namun, hingga Jum'at (15/8/2025), pemerintah kedua negara masih aktif bernegosiasi untuk meredakan ketegangan perdagangan.