Susahnya Menahan Turunnya Produksi Minyak dari Sumur Tua

Belajar dari kasus Blok Mahakam

Jakarta, IDN Times – “Ibarat kita memancing, kalau umpannya bagus, maka kita akan dapat banyak ikan.” Kalimat ini diucapkan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Dalam pertemuan halal bihalal dengan pemimpin redaksi di Jakarta, Senin, 8 Juli 2019, Nicke menyampaikan perkembangan kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpinnya.

Termasuk soal Blok Mahakam yang pengelolaannya sempat memicu kontroversi dan menjadi bagian dari diskursus dalam masa kampanye Pemilihan Presiden 2019.

Nicke memaparkan bagaimana pentingnya menjaga tingkat produksi Blok Rokan dan Blok Mahakam. “Blok Rokan akan berikan kontribusi di tahun 2021, kalau dilihat pada 2021, Pertaminan akan memiliki kontribusi produksi 60 persen, karena Rokan sudah masuk. Ini kontribusi terhadap total nasional, sayangnya, produksi nasionalnya turun, karena ini adalah wilayah-wilayah kerja (WK) yang sudah mature, sudah lama,” ujar Nicke di awal presentasinya.

Blok Rokan yang terletak di Riau sudah berusia 90 tahun dan menjadi penghasil minyak terbesar di Indonesia.

Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Pengelolaan Blok Rokan

Menurut Nicke, “tantangannya bagaimana kita tetap mempertahankan tingkat produksi, karena sebagaimana kita lihat, decline rate tinggi. Kalau yang terjadi business as usual, seperti ini gambarannya.”

Nicke menunjukkan angka dan tabelsebagai referensi presentasi. “Hari ini kan installed capacity kilang kita 1 juta barel per hari (bpph). Crude yang diperlukan antara 800-900 bph, kalau kita nanti mulai 2026, tambahan kapasitas dengan pembangunan kilang-kilang baru jadi 2 juta bph, tapi produksi crude tetap seperti ini, maka impor crude akan 75 persen,” ujar Nicke.

Pertamina sudah melakukan simulasi dengan Dewan Energi Nasional, soal kecenderungan penurunan produksi di wilayah kerja yang sudah tua. “Oleh karena itu kalau sekarang ada mengatakan, kenapa neraca migas cenderung negatifnya nambah, ya karena belum ada new discovery dari WK-WK itu. Sebagian yang ada pertambahan itu gas,” tambah Nicke.

Bos BUMN itu kemudian meminta Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu, untuk menjelaskan perkembangan mengenai Blok Mahakam.

Baca Juga: Sebelum Rokan, Begini Cerita Blok Mahakam Kembali ke Ibu Pertiwi

1. Sejak 2010, Blok Mahakam memasuki periode penurunan produksi

Susahnya Menahan Turunnya Produksi Minyak dari Sumur Tua

Dharmawan Samsu menjelaskan, “Ada tingkat penurunan investasi sumur yang tinggi di tahun 2016 dan pada tahun 2017, rig Mahakam dilepaskan. Pada 2018, Pertamina mencoba mengembalikan level produksi dengan mengaktifkan dengan segera sumur dan bisa di bor sebanyak 62 sumur.”

Tahun ini (2019), Pertamina mengucurkan investasi buat mengebor 121 sumur. Pada saat terjadi ketidakpastian tinggi tingkat penurunan produksi mencapai 55 persen dan di 2018 turun ke 25 persen. Pertamina berharap tahun ini, tingkat penurunan bisa datar (0 persen).

2. Kekurangan investasi menyebabkan masalah besar untuk Blok Mahakam

Susahnya Menahan Turunnya Produksi Minyak dari Sumur Tua

“Pertamina mengalami beberapa tantangan dengan lapangan-lapangan di Blok Mahakam karena kekurangan investasi. Saat investasi tidak dilakukan, maka reservoir-reservoir (cadangan) yang sempat hidup dengan sehat itu kemudian tidak lagi berproduksi karena tidak dijaga kinerjanya. Jika tidak dijaga, potensi energi akan hilang atau berkurang,” papar Dharmawan.

Lapangan Mahakam sangat mature sehingga beberapa lapangan atau pun kontainer yang dulunya berhubungan sekarang terletak lebih sporadis dan jarak lebih besar. Karena itu, untuk melakukan investasi mengejar akibat dari tidak adanya intervensi atau kurang yang investasi pada masa transisi, Pertamina harus memperbanyak jumlah sumur.

“Itu sebabnya ada 121 sumur dibor di tahun 2019. Setiap 3 hari mengebor satu sumur. Hasilnya bisa menahan penurunan (produksi) di kira-kira 0 persen kalau pun 1-2 persen,” ujar Dharmawan.

Pertamina sedang berdialog bersama pemerintah dan juga bersama Chevron agar selama masa transisi sampai tahun 2021, investasi bisa dilakukan dengan cara-cara yang bisa diterima oleh semua pihak untuk menghindari masalah-masalah ini.

3. Pertamina mencoba mengontrol volume dan biaya di Blok Mahakam

Susahnya Menahan Turunnya Produksi Minyak dari Sumur Tua

“Kalau harga minyak tidak bisa dikontrol, volume dan biaya tetap bisa di coba di kontrol. Volume untuk dinaikkan lebih sulit karena berurusan dengan bawah permukaan. Tapi biaya kita bisa lakukan optimisasi yang luar biasa,” kata Dharmawan.

Dia menjelaskan, pihaknya mengebor yang biasanya 9-11 hari sekarang 6 hari, jadi biayanya turun banyak. Efisiensi biaya naik 29 persen. Pertamina juga menambahkan investasi senilai US$462 juta dolar dan memberikan peningkatan kontribusi terhadap bagian pemerintah hampir US$567 juta dolar atau naik 60 persen.

4. Pertamina jadikan investasi di Blok Mahakam sebagai pelajaran berharga

Susahnya Menahan Turunnya Produksi Minyak dari Sumur Tua

Akhir tahun ini, Pertamina ingin mengebor 121 sumur. Saat ini sudah ada 48 sumur dan itu sudah cukup buat tujuan level produksi tahun ini. “Di masa depan, Pertamina harus belajar dari pengalaman Mahakam sehingga bisa kurangi atau reduksi risiko akibat tidak adanya investasi selama masa transisi,” kata Dharmawan.

Menurut Dharmawan, dari kasus Blok Mahakam ini, bisa terlihat beberapa elemen yang penting untuk mempertahankan produksi WK Mahakam. “Pertamina perlu menurunkan biaya pengembangan dan operasional dan juga optimisasi komersial dan kontrak untuk menciptakan nilai,” kata dia.

Tujuan paling pentingnya adalah harus lakukan eksplorasi lagi. Karena jika produksi dari lapangan yang ada sudah datar, maka siklus berikutnya dari Mahakam adalah bagaimana Pertamina menemukan cadangan baru melalu eksplorasi dari di situ ataupun di sekitarnya.

“Karena area Mahakam di luar lapangan dilepaskan sama pemerintah, untuk melakukan eksplorasi harus mengebor lebih dalam di lapangan yang sudah ada,” tambah Dharmawan.

Pada kesempatan itu Nicke juga menjelaskan soal cadangan migas yang dimiliki hari ini oleh Pertamina, yaitu total 3,900 MMBOE. Komposisinya 16 persen dari internasional (overseas blocks), sisanya 84 persen domestik.

Dari sekian banyak lapangan, sudah ada cadangan yang proven, karena itu diperlukan investasi dana dan teknologi tepat guna.

“Semakin banyak mengebor (drilling), peluang mendapatkan produksi tambahan, makin tinggi,” kata Nicke.

Susah ya guys, meningkatkan produksi minyak. Makanya, jangan boros ya.

Baca Juga: Pertamina Pacu Percepatan Proyek Kilang

Laporan : Naila Pringgadani

Topik:

  • Anata Siregar
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya