Ada Ancaman Inflasi dari Krisis Energi yang Melanda Dunia

IMF pangkas proyeksi ekonomi global 2021

Jakarta, IDN Times - Permintaan minyak mulai meningkat di berbagai negara. Pemulihan aktivitas memicu permintaan minyak, bahkan di beberapa negara telah terjadi krisis energi. Hal ini pun bisa memicu inflasi.

Menurut riset yang dilakukan oleh Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia atau Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), ancaman inflasi berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global, dan pada akhirnya membebani pergerakan harga minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak di Tengah Krisis Energi

1. IMF pangkas proyeksi ekonomi global 2021

Ada Ancaman Inflasi dari Krisis Energi yang Melanda DuniaIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi turun (IDN Times/Arief Rahmat)

Ancaman inflasi akibat krisis energi ini khususnya akan menghambat pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) pascapandemik dan kekuatan industri utama lainnya.

Bahkan, hal itu juga telah mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2021 dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang dipangkas menjadi 5,9 persen dari perkiraan 6 persen yang dibuat pada bulan Juli.

Meski begitu, IMF tetap mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 2022 sebesar 4,9 persen.

2. Proyeksi harga minyak dari ICDX

Ada Ancaman Inflasi dari Krisis Energi yang Melanda DuniaIlustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Berbagai faktor tersebut dinilai akan membebani pergerakan harga minyak mentah dunia atau crude oil.

ICDX memproyeksi dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran Resistance di Rp1.160.000-Rp1.180.000 per barel, serta kisaran Support di Rp1.120.000- 1.100.000 per barel.

Baca Juga: Kedubes Respons Isu Kelangkaan Bahan Bakar di Inggris

3. Jepang hingga Inggris alami krisis energi

Ada Ancaman Inflasi dari Krisis Energi yang Melanda DuniaIlustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Saat ini, ada beberapa negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang mengalami krisis energi. Baru-baru ini, Jepang dilanda krisis energi karena harga listrik di Negeri Sakura itu naik ke level tertinggi dalam 9 bulan pada minggu ini.

Kenaikan harga listrik di Jepang itu dipicu oleh kenaikan harga global minyak, gas alam cair (LNG), dan batu bara. Namun, menurut Kementerian Industri Jepang, Persediaan LNG telah ditambah dan sekarang di atas 2,4 juta ton atau sekitar 600.000 ton lebih tinggi dari rata-rata 4 tahun untuk tahun ini.

Sebelumnya, Inggris sudah beberapa waktu ini mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM). Penyebab krisis tersebut adalah kekurangan 100 ribu pengemudi truk, sehingga pengiriman bensin dan barang-barang lainnya menghadapi gangguan yang parah.

Akibat krisis BBM tersebut, warga setempat pun melakukan aksi panic buying.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya