Bos Pertamina Ungkap Jurus Tekan Impor BBM hingga LPG
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - PT Pertamina (Persero) telah menyusun Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Pertamina Tahun 2025-2029.
Salah satu target yang dimasukkan dalam RJPP adalah upaya mengurangi impor minyak mentah (crude oil) untuk bahan bakar minyak (BBM), hingga Liquefied Petroleum Gas (LPG).
“Jadi kita ingin meneruskan dan meningkatkan lagi keberhasilan kita dalam mengurangi impor, sekarang nol impor dari solar ketika kita kemudian memblending dengan biodiesel menjadi produk biodiesel. Ke depan bisa lebih ditingkatkan lagi pengurangan impor di produk lainnya,” kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dikutip dari Energia Weekly, Senin (6/5/2024).
1. Upaya Pertamina tekan impor BBM
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia mengimpor minyak sebanyak 840 ribu barel per hari, yang terdiri dari 600 ribu barel per hari dan minyak mentah sebanyak 240 ribu barel per hari.
Untuk menekan impor BBM, Pertamina berupaya meningkatkan minyak mentah, produksi dan lifting, dengan meningkatkan produksi dari sektor hulu, baik dalam maupun luar negeri.
Kedua, mengoptimalisasi BBM melalui revamping dan peningkatan kapasitas kilang, serta meningkatkan produksi produk hijau dengan campuran bioetanol menjadi biogasoline.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Raup Laba 47,5 Juta Dolar AS di Kuartal I 2024
2. Tekan impor LPG dengan perluas jargas
Editor’s picks
Untuk menekan impor LPG, Pertamina melalui subholding-nya berupaya meningkatkan kapasitas produksi gas baik di dalam dan luar negeri, dan memperluas jangkauan jaringan gas (jargas) rumah tangga.
“Kita membangun jargas 800 ribu sambungan rumah tangga per tahun. Kalau (impor) ini mau kita turunkan lagi, maka pembangunan jargas ini harus kita akselereasi lagi termasuk alokasi gasnya,” tutur Nicke.
Baca Juga: Aturan Pembatasan LPG 3 Kg Perlu Direvisi, Ini Alasannya
3. Pertamina dorong penerapan aspek keberlanjutan
Terkait aspek keberlanjutan atau sustainability, Pertamina berupaya meningkatkan produk chemical sekitar 3-4 persen per tahun, dengan melakuan revamping dan juga peningkatan kapasitas kilang.
Selain itu, bisnis Nature Base Solution (NBS) yang di asumsikan hingga 1,5 gigaton Co2 pertahunnya, peningkatan kapasitas geothermal hingga 23,7 gigawatt, serta 600 gigaton CO2 melalui program CCS/CCUS.
Nicke mengatakan, upaya-upaya di atas tak hanya mendorong pencapaian emisi karbon nol atau net zero emission (NZE) pada 2060, tapi juga untuk mencapai energi security dan energy equity. “Secara total yang investasi Pertamina ke depan untuk bisnis yang related energy security dan juga accesability adalah 85 persen,” kata Nicke.
Adapun sisanya, 15 persen dialokasikan untuk investasi bisnis yang kaitannya dengan sustainability.
“Termasuk di dalamnya ada geothermal, hilirisasi crude ke petrochemical, nature base solution, CCS/CCUS. Inilah komitmen yang kita terjemahkam di dalam RJPP,” ujar Nicke.