Cuan Swiftonomics, Ini Effort Singapura Monopoli Konser Taylor Swift

Dubes RI untuk Singapura ungkap rahasianya

Jakarta, IDN Times - Swiftonomics menjadi istilah yang terus dilontarkan usai konser Taylor Swift digelar di sebuah negara. Misalnya di Singapura yang digelar selama enam hari, karena kesepakatan yang diperoleh negara itu dengan Taylor Swift.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo buka-bukaan jerih payah Singapura memperoleh ekslusivitas penyelenggaraan The Eras Tour di kawasan Asia Tenggara. Dia mengatakan, kesepakatan itu diajukan sendiri oleh Pemerintah Singapura, dan telah diraih satu tahun sebelum konser yang dilaksanakan pada 2-9 Maret 2024 kemarin.

“Deal itu sudah satu tahun sebelum konser. Gak bisa enam bulan,” kata Suryopratomo saat dihubungi IDN Times, Rabu (13/3/2024).

Baca Juga: Sandi Uno: RI Perlu Swiftnomics untuk Tingkatkan Pariwisata

1. Pemerintah berikan insentif demi raih ekslusivitas tanpa meminta imbal balik

Cuan Swiftonomics, Ini Effort Singapura Monopoli Konser Taylor SwiftPotret patung Merlion di Singapura (unsplash.com/hanzlog)

Dalam tulisannya di Harian Kompas, Suryopratomo mengatakan keberhasilan penyelenggaraan The Eras Tour di Singapura bukan hanya jerih payah pihak promotor konser. Pemerintah rela menggelontorkan dana yang besar demi meraih eksklusivitas penyelenggaraan konser musisi asal Amerika Serikat (AS) itu. Bahkan, pemerintah tak meminta imbal balik setelah penyelenggaraan konser berhasil.

“Hasil yang didapatkan dari konser selama enam hari itu sepenuhnya menjadi hak semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan konser. Pihak perusahaan penerbangan, hotel, restoran, merchandise, taksi mendapat keuntungan dari konser yang selalu dipenuhi penonton itu,” kata Suryopratomo.

2. Singapura investasi besar-besaran demi menyelenggarakan konser yang sukses

Cuan Swiftonomics, Ini Effort Singapura Monopoli Konser Taylor SwiftCuplikan Taylor Swift dalam konser The Eras Tour (dok.Taylor Swift Productions/The Eras Tour)

Suryopratomo mengatakan, selain dua upaya yang dilakukan di atas, Pemerintah Singapura berinvestasi besar-besaran demi menyelenggarakan konser yang sukses. Tak hanya konser Taylor Swift, konser Coldplay pun memberikan keuntungan besar untuk Singapura karena digelar selama enam hari di National Stadium.

“Semua petugas yang kerja di stadion dilatih lagi dua bulan. Stadion Kallang sistem masuknya sudah QR semua jadi tidak perlu investasi lagi,” ujar Suryopratomo.

Menurutnya, upaya itu dilakukan karena Singapura menyadari kekuatan besarnya saat ini adalah di bidang jasa. Sehingga, penyelenggaraan konser berjalan mulus. Bahkan, dari sisi ketersediaan makanan dan minuman yang bisa diakses penonton konser, hingga transportasi umum pun tanpa celah.

“Fasilitas sanitasi seluruh kota juga keadaannya prima. Dan keamanan sangat terjamin karena nyaris tidak ada pencuri dan pencopet,” tutur dia.

Hal itu juga diakui salah satu penonton The Eras Tour asal Indonesia, Nadhia (26). Dia mengatakan, saat berangkat ke konser maupun pulang ke penginapannya, perjalanannya sangat lancar. Padahal, penonton di satu stadion mencapai 50 ribu orang.

Crowd control-nya bagus banget. Di sosial media ramai konten tips-tips menghindari lautan manusia setelah konser di Singapura. Saya gak merasakan itu sama sekali, semuanya lancar,” kata Nadhia kepada IDN Times.

Nadhia mengatakan, jarak penginapannya ke National Stadium adalah 12 kilometer (km). Dia hanya perlu menempuh perjalanan dengan jalan kaki selama lima menit ke stasiun MRT, dan durasi perjalanan naik kereta ke stadion hanya 10 menit.

“Toiletnya juga bersih, gak bau. Tiketnya juga gak perlu ditukar-tukar lagi, langsung scan saja dari handphone. Saya juga menukar VIP merchandise gak ada antrean. Di sana juga ada isi ulang air minum gratis, antrenya hanya 10 menit,” ucap Nadhia.

Baca Juga: Singapura Kunci Konser Taylor Swift, Luhut Sebut RI Kurang Cerdas

3. Swiftonomics sumbang 0,85 persen ke PDB Singapura

Cuan Swiftonomics, Ini Effort Singapura Monopoli Konser Taylor SwiftPatung Merlion di Singapura (pixabay.com/ Jason Goh)

Jerih payah itu pun mewujudkan Swiftonomics di Singapura. Suryopratomo mengatakan, keuntungan dari penyelenggaraan The Eras Tour menyumbang 0,85 persen ke produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Nilai ekonominya diperkirakan 0,85 persen dari GDP Singapore,” kata Suryopratomo.

Menurut Direktur Penelitian Makroekonomi Maybank, Erica Tay, menyatakan konser Taylor Swift di Negeri Singa bisa mendongkrak pemasukan dari sektor pariwisata sekitar 350 hingga 500 juta dolar Singapura (senilai Rp4,08 sampai Rp5,83 triliun).

"Namun, hanya mengukur nilai dari konsernya berdasarkan dampak ekonomi langsung saja, adalah hal yang tidak tepat,” kata Erica Tay mengutip The Straits Times.

Baca Juga: Gila, Singapura Bisa Dulang Rp5,8 T dari Konser Taylor Swift

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya