Lewat Y20, Millennial-Gen Z Indonesia Sumbang Aspirasi buat G20

Youth 20 (Y20) merupakan bagian dari rangkaian acara G20

Pelalawan, IDN Times - Puncak acara Youth 20 (Y20) Indonesia 2022 akan digelar pada pertengahan Juli mendatang. Melalui Y20, generasi muda Indonesia, khususnya millennial dan generasi Z turut menyuarakan aspirasi ke negara-negara G20.

Co-Chair Y20 Indonesia 2022, Michael Victor Sianipar mengatakan, ada empat topik utama yang akan dibahas dalam pertemuan-pertemuan Y20 Indonesia.

"Ada empat, yaitu ketenagakerjaan muda, transformasi digital, planet yang berkelanjutan dan layak huni, dan terakhir keberagaman dan inklusi," kata Michael usai menghadiri acara Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2022 di Hotel Unigraha, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Baca Juga: Meriahkan Y20, Pemuda Seluruh Dunia Berkumpul di Bandung-Bogor

1. Suara pemuda Indonesia ditampung melalui pre-summit yang diadakan di Balikpapan dan juga Manokwari

Lewat Y20, Millennial-Gen Z Indonesia Sumbang Aspirasi buat G20KTT Y20 Indonesia 2022. (Dok. Pluang)

Michael mengatakan suara-suara pemuda Indonesia telah ditampung pada delegasi Y20 Indonesia melalui sejumlah rangkaian pre-summit yang telah digelar di Balikpapan dan Manokwari.

"Kita mengumpulkan aspirasi dari pemuda-pemuda seluruh Indonesia. Jadi dari Indonesia bagian barat hingga timur, termasuk di Balikpapan yang dekat dengan IKN, mewakili masa depan Indonesia. Kita kumpulkan pemuda-pemuda juga. Bahkan ada yang dari pelosok, ada yang dari Pulau Sumba, dari Pulau Sumbawa juga," ucap Michael.

2. Generasi muda Tanah Air merupakan bagian dari G20 Indonesia

Lewat Y20, Millennial-Gen Z Indonesia Sumbang Aspirasi buat G20ilustrasi bendera Indonesia (IDN Times/Aldila Muharma)

Melalui berbagai pre-summit di daerah-daerah tersebut, Michael berharap generasi muda Indonesia akan berpartisipasi langsung pada rangkaian acara G20.

"Kami ingin memastikan acara G20 ini dimiliki oleh pemuda Indonesia juga. Bukan hanya mereka yang tinggal di Jakarta, atau Bandung, atau kota-kota besar di Pulau Jawa, tapi di seluruh Indonesia," tutur Michael.

Selain melakukan pre-summit, Michael dan sejumlah delegasi Y20 Indonesia lainnya juga melakukan sosialisasi kepada para penerima beasiswa Tanoto Foundation, yakni Tanoto Scholars 2022. Dari sosialisasi itu, banyak isu-isu yang disampaikan para penerima beasiswa untuk bisa dibahas dalam puncak acara Y20.

"Menuju acara puncak itu, kita perlu banyak masukkan. Itulah kenapa kita buat pre-summit. Termasuk kegiatan dengan Tanoto Scholars. Jadi Tanoto Scholars kami bagi ke dalam empat kelompok untuk bisa mempertajam rekomendasi-rekomendasi yang disusun oleh delegasi yang mewakili Indonesia untuk acara Youth 20 nanti," ucap Michael.

Adapun acara puncak Youth 20 akan digelar di Jakarta dan Bandung mulai 17-24 Juli mendatang. Acara itu akan dihadiri 100 delegasi dari seluruh dunia, di mana setiap negara G20 mengirim empat orang delegasi. Akan hadir juga perwakilan dari Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB), World Bank, International Monetary Fund (IMF), dan World Trade Organization (WTO).

Baca Juga: 960 Guru-Kepsek di Riau-Jambi Dilatih Sistem Belajar Berpusat ke Murid

3. Tanoto Scholars sumbang isu keberlangsungan planet hingga perlindungan data pribadi

Lewat Y20, Millennial-Gen Z Indonesia Sumbang Aspirasi buat G20Penerima beasiswa Tanoto Foundation (Tanoto Scholars) turut memberikan aspirasi untuk rangkaian acara Youth 20 Indonesia. (IDN Times Vadhia Lidyana)

Dari sosialisasi yang dilakukan Michael dalam rangkaian acara TSG 2022, ada sejumlah isu yang diangkat oleh Tanoto Scholars untuk dibahas dalam Y20 Indonesia 2022.

Pertama, isu terkait keberlangsungan planet yang diangkat oleh mahasiswa Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gajah Mada (UGM), Elang Satria.

"Saya berikan masukan di mana setiap tahun harusnya didirikan transit oriented development (TOD). Di mana sebuah kawasan harus terintegrasi moda transportasinya. Di bandara, MRT, transjakarta, sehingga pergerakan masyarakat mudah dan akan gunakan transportasi umum dibandingkan pribadi," kata Elang.

Dia mengatakan, jika isu itu disuarakan, harapannya konsep TOD bisa terus dikembangkan di berbagai negara, terutama Indonesia. Dengan harapan, emisi karbon bisa berkurang.

Selain itu, mahasiswa Indonesia yang berkuliah di jurusan Information Engineering and Media Nanyang Technological University (NTU) Singapura, yakni Violin Yapputri mengangkat persoalan transformasi digital, dan literasi keuangan digital. Fokus permasalahan yang dibahas adalah celah dalam kemajuan teknologi, yang dinilai tidak ramah bagi semua usia.

"Kita harap edukasinya merata dan terarah. Bagaimana semua usia, kalangan, jangan cuma apply satu solusi, tapi ternyata yang mengerti anak muda saja. Sementara ibu dan bapaknya kurang mengerti. Jadi kan gak nyambung, gak bisa terintegrasi," ucap Violin.

Dia juga mengangkat persoalan perlindungan data pribadi, yang belum sejajar dengan perkembangan teknologi.

"Dan kita harap approach goverment bisa lebih fokus ke preventif, sebelum masalah digital, data privacy issues dan segala macam. Jadi kita bisa lebih banyak partisipasi, anak muda di bagian ini. Karena anak muda yang lebih paham sama hal seperti ini," tutur Violin.

Terakhir, mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatra Utara (USU), Alya Desky mengangkat persoalan pelatihan vokasi yang menyesuaikan minat anak muda saat ini.

"Kami diskusi mengenai youth employment discussion itu beririsan dengan digital transformation. Kenapa? Kami menyarankan platform yang juga sudah diterapkan di Singapura, terintegrasi pemerintah, bisa digunakan free. Itu diberikan pelatihan vokasi di mana misal jadi TikTokers, bisa diakses seluruhnya," kata Alya.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya