UMKM Andilnya Besar ke Ekonomi RI, Tapi Susah Dapat Kredit Perbankan! 

Porsi kredit UMKM terus turun

Jakarta, IDN Times - Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri mengatakan porsi kredit perbankan untuk UMKM terus menurun. Padahal, UMKM memiliki peran besar terhadap perekonomian Tanah Air, karena jumlah pelaku UMKM mendominasi total pelaku usaha di Indonesia.

Lebih rinci, di Indonesia sendiri ada sekitar 60 juta pelaku UMKM. Dari angka tersebut, sekitar 98 persen adalah pelaku usaha mikro. Menurut Faisal, para pelaku usaha mikro yang membutuhkan bantuan modal ini susah mendapatkan kredit perbakan.

"Mikro tidak berbadan usaha. Hampir bisa dipastikan sebagian besar tidak dapat kredit perbankan. Mereka (bank-bank) pada umumnya memberi kredit korporasi," kata Faisal dalam wawancara khusus bersama IDN Times.

Baca Juga: Pemerintah Bidik UMKM Segmen Millennial dan Perempuan di 2022  

1. Porsi kredit untuk UMKM terus menurun

UMKM Andilnya Besar ke Ekonomi RI, Tapi Susah Dapat Kredit Perbankan! Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), porsi kredit perbankan untuk UMKM terus menurun sejak 2013. Pada 2012, porsi kredit UMKM sebesar 20,19 persen. Lalu, di 2013 turun menjadi 19,15 persen; 2014 19,74 persen; 2015 19,32 persen; 2016 19,42 persen; 2017 19,71 persen; 2018 19,27 persen; 2019 19,55 persen; 2020 19,67 persen; dan per November 2021 turun menjadi 19,63 persen.

Selain itu, nominal kredit untuk pelaku usaha mikro selama pandemik COVID-19 terus menurun. Pada 2019, nilai kredit untuk pelaku usaha mikro mencapai Rp283,7 triliun. Lalu, pada 2020 turun menjadi Rp247,1 triliun, dan per November 2021 turun lagi menjadi Rp232,17 triliun.

"Data dari Bank Indonesia menunjukkan, porsi kredit untuk UMKM itu turun," ucap Faisal.

2. Dana di bank terus meningkat, tapi sedikit yang disalurkan untuk kredit

UMKM Andilnya Besar ke Ekonomi RI, Tapi Susah Dapat Kredit Perbankan! Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Faisal mengatakan penyaluran kredit perbankan untuk dunia usaha secara keseluruhan masih rendah. Hingga November 2021, BI mencatat posisi dana pihak ketiga di perbankan mencapai Rp7.323 triliun. Sementara itu, jumlah kredit kepada pihak ketiga hanya Rp5.705 triliun.

Adapun loan to deposit ratio (LDR) pada perbankan umum per November hanyalah 77,9 persen. Sementara, pada 2019 LDR masih sebesar 93,64 persen, dan 2020 82,24 persen.

"Dari data yang ada, darah yang disedot dari perekonomian tetap naik (DPK di perbankan), tetapi dana yang dipompakan kembali ke perekomian jauh lebih rendah. Jadi bank menarik dana dari masyarakat, tapi sangat sedikit menyalurkan kredit ke masyarakat. Jadi irama jantung tidak harmonis sehingga fungsi jantung tidak optimal," kata Faisal.

Baca Juga: Sri Mulyani Siapkan Anggaran untuk Ibu Kota Baru dan Pemilu 2024

3. UMKM tak cukup hanya diberikan BLT

UMKM Andilnya Besar ke Ekonomi RI, Tapi Susah Dapat Kredit Perbankan! Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Faisal mengakui selama pandemik COVID-19 memang pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada pelaku UMKM, terutama pengusaha mikro. Namun, menurutnya jumlah pengusaha mikro yang mendapatkan BLT masih jauh dari total pengusaha mikro di Tanah Air.

Oleh sebab itu, menurutnya cara efektif mendorong pemulihan ekonomi UMKM adalah penyaluran kredit dari perbankan.

"UMKM semua ada 60 juta, coba yang dapat (BLT) berapa juta? Jadi masih tetap tidak nendang," kata dia.

Baca Juga: Faisal Basri Sebut 143 Juta Rakyat Indonesia Insecure!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya