Wamen BUMN Gak Mau Kasus Jiwasraya dan Garuda Terulang

Kasus tersebut dianggap sebagai bom bagi negara

Intinya Sih...

  • Kementerian BUMN berusaha mentransformasi kinerja perusahaan pelat merah untuk cegah kasus keuangan seperti Jiwasraya dan Garuda Indonesia terulang.
  • Transformasi dilakukan selama 4,5 tahun terakhir dengan syarat tak memberikan dampak negatif bagi negara, termasuk penerapan manajemen risiko di berbagai sektor BUMN.

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko mengatakan, Kementerian BUMN selaku pemegang saham perusahaan pelat merah berusaha melakukan transformasi BUMN.

Tiko mengibaratkan kasus keuangan Jiwasraya dan Garuda Indonesia sebagai bom bagi negara. Transformasi BUMN dilakukan agar kedua kasus itu tak terulang lagi.

“Bagaimana kita ke depan mengonsolidasi dan memastikan bahwa sehat BUMN ini ke depan, tidak terjadi lagi bom-bom seperti Jiwasraya dan Garuda, dan sebagainya,” kata Tiko dalam BUMN Forum 2024, Selasa (30/4/2024).

Baca Juga: BUMN Ramai-Ramai Masuk Ekosistem EV, Telkom hingga INKA 

1. Tak mau negara tanggung masalah keuangan BUMN

Wamen BUMN Gak Mau Kasus Jiwasraya dan Garuda Terulanguang Rupiah Indonesia (pexels.com/EmAji)

Tiko mengatakan, selama 4,5 tahun terakhir, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Menteri BUMN, Erick Thohir menggeber perbaikan kinerja BUMN. Transisi dan transformasi kinerja dilakukan, namun dengan syarat tak memberikan dampak bagi negara.

“Memastikan mereka bisa melakukan transisi dan transformasi tanpa menimbulkan risiko buat korporasi maupun kepada negara. Ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada lagi risiko BUMN yang kemudian di-passthrough kepada negara,” ucap Tiko.

Baca Juga: Erick Thohir Temui Perwakilan Ooredoo di Qatar, Bahas Kolaborasi BUMN

2. BUMN terapkan manajemen risiko berstandar internasional

Wamen BUMN Gak Mau Kasus Jiwasraya dan Garuda TerulangKantor pusat PT Pertamina (Persero). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Tiko mengatakan, BUMN perbankan selama ini telah menerapkan manajemen risiko, bahkan dengan standar internasional. Namun, banyak BUMN sektor lain yang juga ikut menerapkan manajemen risiko demi menjaga kinerja perusahaan lebih baik.

“Kita tahu di listed company kita seperti Mandiri, BRI sudah cukup baik. Tapi masih banyak BUMN yang belum adopsi. Tahun ini banyak BUMN yang mulai mengadopsi prinsip risk management yang mirip-mirip bank,” ujar Tiko.

Manajemen risiko itu diharapkan mencegah BUMN ke jurang sengkarut keuangan. Adapun penerapannya seperti membuka posisi Direktur Risiko Bisnis.

“Di Pertamina, PLN mulai ada Direktur Manajemen Risiko. Bahkan kita memindahkan Direktur Manajemen Risiko Mandiri, Pak Siddik (Ahmad Siddik Badruddin), ke Pertamina. Ini untuk memastikan bahwa perusahaan besar dengan skala global seperti Pertamina-PLN juga memiliki risk management framework yang mumpuni,” tutur Tiko.

3. Hasil transformasi BUMN mulai terlihat

Wamen BUMN Gak Mau Kasus Jiwasraya dan Garuda TerulangKantor pusat Kementerian BUMN. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Tiko mengatakan, transformasi BUMN juga dilakukan dengan pembentukan 12 klaster BUMN, dan memangkas jumlah BUMN dari 120 perusahaan menjadi 40 perusahaan. Menurutnya, dari berbagai upaya yang dilakukan, transformasi di BUMN sudah terlihat.

“Ini tantangan yang besar, tapi saya rasa dalam 2-3 tahun ke belakang kita berhasil,” ucap Tiko.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya