Virus Corona Bikin Rupiah Babak Belur, Ini Kata Ekonom Chatib Basri

Jakarta, IDN Times - Wabah virus corona menghantam berbagai sektor perekonomian. Hingga sore ini, Selasa (24/3), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp16.500. Mungkinkah kondisi tersebut akan memicu krisis seperti tahun 1998?
"Ini pertanyaan yang saya gak bisa jawab karena tergantung durasi (penyebaran) COVID-19. Kalau vaksin cepat ditemukan dan bisa diatasi, situasi ekonomi akan membaik. Pada 3 minggu lalu rupiah gak papa, tapi begitu COVID-19 terjadi, seluruh dunia kena," ujar ekonomi yang juga mantan Menkeu Chatib Basri dalam live Instagram bersama IDN Times, Selasa sore.
1. Penerapan social distancing menentukan akhir wabah COVID-19

Menurut Chatib, penerapan social distancing menentukan akhir wabah COVID-19. Apalagi, sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan dan Lebaran. Masyarakat yang mudik dari kota ke desa bukan tidak mungkin akan menularkan virus corona tersebut.
"Kalau dia pulang kampung dari kota lalu ada sebagian yang terinfeksi virus corona, dia bawa wabah ke desa, nanti makin susah mengatasinya," kata Chatib.
2. Masyarakat harus sadar diri untuk tidak mudik saat lebaran

Chatib mengatakan, fasilitas kesehatan di desa terbilang susah. Di Jakarta saja, kata dia, rumah sakit dan tenaga kesehatan mulai kewalahan menangani pasien.
"Gak mungkin bangun rumah sakit di desa. Maka dari itu, social distancing penting. Masyarakat harus diimbau supaya gak mudik Lebaran," ungkapnya.
3. Pemerintah harus menjaga stabilitas harga pangan

Agar krisis 1998 tak terulang, lanjut Chatib, harga pangan jadi hal terpenting yang harus dijaga. Bila harga makanan terjangkau, masalah ekonomi bisa cukup teratasi.
"Itu (harga makanan) yang menimbulkan persoalan sosial. Krisis 98 dan lockdown itu implikasinya sangat besar. Kalau gak lockdown, penyebarannya bisa sangat cepat. Ini yang jadi dilema saat ini. Social distancing juga hanya akan efektif kalau masyarakat disiplin," tuturnya.