Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WTW Dukung Indonesia terhadap Risiko Transisi Iklim (wtw.com)

Jakarta, IDN Times - Willis Towers Watson (WTW), perusahaan pialang dan solusi telah mengumumkan peluncuran program manajemen risiko kedaulatan baru yang dikembangkan untuk membantu Indonesia dalam merencanakan dan menerapkan transisi rendah karbon jangka panjang yang teratur.

Pernyataan tersebut disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin G20 di Bali pada Rabu (16/11/2022).

Sebagai pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia dinilai sangat rentan terhadap risiko transisi iklim. Hal itu karena ketergantungan ekonomi negara pada ekspor batu bara di tengah percepatan penurunan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit listrik, bahkan di pasar negara berkembang.

1. Bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Proyek Transisi Rendah Karbon WTW, yang didanai oleh Agence Française de Développement (AFD) akan bekerja secara langsung dengan Pemerintah Indonesia, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memahami dampak transisi iklim global terhadap perekonomian dan keuangan negara.

Pada saat yang sama, proyek ini juga akan membantu Indonesia dalam merancang transisinya sendiri yang teratur, dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.

“Negara sering merancang rencana mitigasi iklim seolah-olah beroperasi dalam ruang hampa. Rencana nasional yang disyaratkan oleh Perjanjian Iklim Paris biasanya tidak mengacu pada risiko transisi, terutama yang disebabkan oleh tren dekarbonisasi regional dan global yang lebih luas," kata Director, Sovereign Transition Risk, Climate and Resilience Hub WTW, Matt Huxham.

2. Menggabungkan analisis mikro dan makro

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020) (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Selain itu, metodologi unik Climate Transition Value at Risk (CTVAR) WTW akan digunakan untuk mengukur risiko transisi di Indonesia. Metode ini akan digunakan untuk menggabungkan analisis ekonomi mikro dan keuangan granular dari aset fisik individu dan perusahaan dengan analisis ekonomi makro tentang bagaimana risiko didistribusikan dalam suatu perekonomian. Termasuk juga potensi penyebab ketidakstabilan ekonomi dan keuangan.

"Pendekatan WTW merupakan langkah perubahan mendasar dibandingkan dengan sebagian besar analisis tingkat negara yang biasanya hanya menggunakan model ekonomi makro top-down," kata dia.

Max mengatakan, dengan hanya menggunakan pendekatan top-down tanpa analisis tingkat mikro, banyak negara tidak dapat mengidentifikasi konsentrasi risiko transisi iklim, yang berpotensi menyebabkan ketidakstabilan jika tidak dikelola secara efektif.

Kegagalan analitis serupa telah diakui secara luas sebagai penyebab krisis keuangan global pada 2007-2008.

3. Mendukung Indonesia seputar kemitraan transisi energi

Ilustrasi transisi energi (coaction.id)

Selain itu, WTW mencatat bahwa proyeknya di Indonesia juga akan mengembangkan penilaian jalur transisi di berbagai bidang ekonomi yang mencakup sektor transportasi, industri, dan lahan.

Proyek ini juga akan mencakup wawasan tentang tantangan yang dihadapi pekerja, masyarakat, dan pemerintah daerah tertentu yang akan membantu membangun ketahanan terhadap perubahan struktural yang akan datang serta memandu pemerintah dalam mengidentifikasi kelompok dan wilayah yang rentan.

"Proyek ini diharapkan menghasilkan keluaran yang mendukung pemerintah Indonesia dalam negosiasinya dengan mitra internasional seputar kemitraan transisi energi yang adil dan akan membantu memfasilitasi penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara, dan pengembangan pasar karbon serta pembiayaan terkait yang dirancang untuk membantu melestarikan hutan hujan Indonesia," kata dia.

4. Program pertama yang dilakukan di Asia

ilustrasi peta Asia (pexels.com/Nothing Ahead)

Program sovereign risk Indonesia adalah yang pertama dilakukan di Asia dan merupakan yang terbaru dalam serangkaian proyek terobosan oleh Climate and Resilience Hub (CRH) WTW. Proyek tersebut mencakup inisiatif serupa yang dilakukan di Amerika Latin dan Afrika.

Sebagai bagian dari program yang sama, Climate and Resilience Hub WTW juga baru-baru ini menerbitkan hasil analisis tentang paparan risiko transisi iklim dari produsen gas alam potensial saat ini dan masa depan di 12 negara Afrika yang bekerja sama dengan The African Climate Foundation.

Awal pekan ini, juga diumumkan bahwa WTW telah merancang transfer risiko parametrik untuk inisiatif UNICEF yang didanai Global Shield.

Editorial Team