ilustrasi beras (pixabay.com/günter)
Sha' adalah satuan takaran yang digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW, terutama dalam penentuan zakat fitrah. Berbeda dengan timbangan yang berbasis berat, sha' adalah ukuran volume yang setara dengan empat mud. Satu mud sendiri adalah cakupan penuh dua telapak tangan orang dewasa yang digabungkan.
Berarti satu sha’ adalah empat kali cakupan penuh dua telapak tangan yang digabungkan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA beliau mengatakan:
فَرَضَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيه وَسَلّم صَدَقَةَ الْفِطْرِ عَلَى الذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ ، صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri, untuk lelaki dan wanita, orang merdeka maupun budak, berupa satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.” (HR. Bukhari 1511 dan Muslim 2327).
Dalam hadis lain, dari Abu Said al Khudri RA berkata:
كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ
“Dulu kami menunaikan zakat fitri dengan satu sha’ bahan makanan, atau satu sha’ gandum, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ keju atau satu sha’ anggur.” (HR. Bukhari 1506 & Muslim 2330).
Ini menegaskan bahwa sha' bukan hanya satuan takaran yang berlaku secara umum, tetapi juga memiliki signifikansi dalam praktik ibadah umat Islam. Takaran ini digunakan dalam berbagai aspek kehidupan keagamaan, terutama dalam zakat fitrah dan sedekah. Oleh karena itu, pemahaman mengenai sha' sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan kewajiban ibadah mereka.