ilustrasi melihat financial report berdasarkan akutansi konvensional (pexels.com/Artem Podrez)
Akuntansi konvensional bersifat netral dalam hal etika karena berfokus pada akurasi keuangan, kepatuhan terhadap standar, dan melayani kebutuhan informasi investor dan regulator. Akuntansi konvensional tidak secara inheren memprioritaskan pertimbangan etika atau tujuan sosial yang lebih luas dalam kerangka intinya.
Akibatnya, akuntansi konvensional mungkin mengabaikan dampak sosial dan moral dari aktivitas bisnis kecuali kebijakan eksternal menuntut pengungkapan atau tindakan etis. Perspektif ini didukung oleh studi akademis seperti Gray et al. (1996), yang berpendapat bahwa pelaporan keuangan tradisional sering kali gagal untuk mengatasi akuntabilitas di luar pemangku kepentingan ekonomi.
Sebaliknya, akuntansi syariah mengintegrasikan nilai-nilai moral dan sosial dalam setiap aspek pencatatan dan pelaporan. Misalnya, perusahaan berbasis syariah harus menyisihkan sebagian keuntungannya untuk zakat dan kegiatan sosial lainnya.
Dalam hal ini, akuntansi syariah bertujuan menciptakan maslahah atau kemaslahatan umum, bukan hanya keuntungan individu atau pemegang saham, penelitian dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Dengan demikian, etika dan akuntansi dalam sistem syariah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dari penjelasan di atas, kamu bisa melihat bahwa perbedaan akuntansi syariah dan konvensional tidak hanya terletak pada cara pencatatan, tetapi juga menyangkut filosofi, tujuan, dan nilai dasar yang menjadi landasannya. Sistem konvensional menekankan efisiensi ekonomi dan kepatuhan terhadap aturan formal, sedangkan sistem syariah menekankan kesesuaian terhadap prinsip agama dan keberkahan dalam transaksi. Memahami keduanya akan membantumu memilih pendekatan yang paling sesuai dengan tujuan usaha atau prinsip hidup kamu.