Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Harga Murah Gak Cocok buat Bisnis Jangka Panjang, Bikin Rugi!

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Konsumen kecanduan harga murah
  • Inflasi menuntut harga naik
  • Gak bisa beri jenjang karier ke karyawan

Gak bisa dimungkiri, salah satu penyebab larisnya suatu produk itu ya karena harganya yang lebih terjangkau dari brand lain. Memposisikan diri sebagai konsumen, pasti bisa bikin pelanggan loyal saat produk milikmu punya harga yang paling murah.

Pikirmu, gak apa untung kecil, asalkan secara kuantitas produk laku banyak. Sebenarnya gak ada yang salah dengan pilihan tersebut, tapi tetap punya risiko, terlebih bagi kamu pebisnis pemula. Sebagai bahan evaluasi, berikut sederet alasan untuk stop pasang harga murah demi perkembangan bisnis secara jangka panjang.

1. Bikin konsumen kecanduan harga murah

ilustrasi kegiatan belanja (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi kegiatan belanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Benar adanya bahwa konsumen akan balik lagi saat kamu menjual produk dengan harga yang lebih terjangkau dari brand lain. Ibaratnya, hanya selisih 1 rupiah saja konsumen akan berpindah hati ke brandyang lebih murah, ya.

Tapi, tanpa sadar hal tersebut jadi tuntutan para konsumen yang sudah jadi pelanggan loyal di tempatmu, lho. Mereka akan menuntut untuk produk dari brand milikmu terus-menerus harganya murah, gak peduli dengan apa pun yang terjadi di baliknya.

Terus memanjakan konsumen dengan harga terjangkau bikin mereka kecanduan sekaligus menancapkan label murah pada produkmu. Sekali kamu menaikkan harga, gak jarang mereka akan kabur berpindah hati lantaran nilai jual produkmu sudah gak ada lagi. Jadi, jangan hanya fokus pada harga murah, tapi juga nilai jual lainnya, ya!

2. Inflasi menuntut harga naik

ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Cap atau label harga murah dari produkmu itu berbanding terbalik dengan adanya inflasi yang terus menggerus nilai rupiah. Kamu gak akan bisa melawan nilai inflasi, harga murah yang terus kamu pertahankan bisa membuat usahamu gulung tikar lantaran rugi.

Punya nilai jual harga murah itu melahirkan kepercayaan konsumen bahwa kamu akan dan bisa memberikan keamanan stabilitas harga murah, sekali pun dalam realita inflasi di setiap waktunya. Kalau sudah terlanjur seperti itu, inflasi jelas bikin harga bahan produksi naik, tapi pelanggan loyal gak mau harga produk naik.

Alhasil, kamu sama saja dengan menjebak diri sendiri dalam klaim harga murah yang kamu bangun. Diatasi dengan tambah modal pribadi? Menurunkan kualitas atau kuantitas biar harganya tetap bisa stabil murah terus? Stop ambil jalan pintas yang menutup lubang dengan menggali lubang masalah lainnya.

3. Gak bisa beri jenjang karier ke karyawan

ilustrasi bekerja (pexels.com/LinkedIn Sales Navigator)

Tentu kamu paham bahwa efisiensi produksi hingga pemasaran produkmu itu banyak dipengaruhi oleh karyawan yang terlibat di setiap prosesnya, ya. Bagaimana karyawan bisa memberikan kinerja terbaik jika kamu hanya mementingkan mengambil hati konsumen saja.

Ya, kamu prioritaskan beri harga murah ke konsumen dengan memangkas jatah kesejahteraan karyawan. Gak ada jenjang karier lengkap dengan kenaikan gaji yang signifikan. Stop berdalih gak punya pilihan, dana terbatas, nyatanya kamu berkuasa mengubah keputusan.

Selalu ada sisi lain yang harus dikorbankan jika ingin menonjol di satu sisi. Pun selalu ada risiko di baliknya, mulai dari karyawan yang kerja asal-asalan, asal jadi, selayaknya gaji yang nominalnya terasa asal-asalan. Gak jarang juga karyawan akan resign saat terus-menerus tak ada kejelasan perihal jenjang karier lantaran bukan prioritas dari sang pemilik bisnis.

4. Berpotensi bikin bisnis stagnan

ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Bayangkan, jika sedari awal pasang harga yang wajar, tentu untungnya juga bernominal wajar. Alhasil, kamu jadi punya dana untuk semakin melebarkan sayap di dunia bisnis. Jadi, bisnis gak cuma stagnan di satu jenis saja.

Pun dalam satu jenis bisnis itu bisa berkembang lantaran punya dana lebih. Mulai dari mencoba peluang variasi produk lain, coba teknik promosi ini dan itu, dan sejenisnya. Biar gak rugi, apalagi buat pebisnis pemula, semua itu ya pakai dana yang khusus disisihkan dari keuntungan bisnis.

Beda halnya dengan nilai jual pada harga murah, untung jadi pas-pasan, malah bisa jadi lebih sering menutupi dengan dana pribadi. Dengan kondisi ini, tentu peluang untuk coba melebarkan sayap bisnis ya dari dana pribadi pula. Anggap punya dananya, sama-sama bisa mencoba mengembangkan bisnis, tapi apa iya kamu gak ingin punya keuntungan besar? Mau sampai kapan bakar uang pakai dana pribadi? Coba Renungkan.

Pada akhirnya, alih-alih meraih banyak konsumen dengan harga murah yang tanpa batas. Lebih baik fokus pada nilai jual akan kualitas disertai nilai unik yang hanya ada pada produkmu saja. Hal tersebut juga gak kalah menarik di mata konsumen, lho.

Kalau produkmu dibuat seberharga mungkin, gak ada masalah kalau punya nilai jual yang mahal. Kalau produkmu punya daya saing tinggi, pantas kalau harga belinya juga mahal. Kamu pebisnis yang hebat, kamu layak punya laba yang tinggi, dan itu semua bisa kamu dapatkan dari menjual produk dari harga yang pantas, bukan harga pas-pasan, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us