TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Direktur BRI Handayani Blak-blakan soal Transformasi Digital 

Suara Milenial soal BRImo Super App

Direktur Konsumer BRI menjalani sesi wawancara Suara Milennial dengan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis. (YouTube/IDN Times)

Jakarta, IDN Times – Ketika wawancara ini kami lakukan, dunia sedang bersiap merayakan Hari Perempuan Internasional 2022. Tahun ini, Lembaga Pembangunan Perserikatan Bangsa -Bangsa mengusung tema, “Gender equality today for sustainable tomorrow”. Sementara gerakan International Woman’s Day mengajak dunia mengampanyekan #BreakTheBias atau Mendobrak Bias.

Handayani atau akrab disapa Hani, bisa disebutkan sebagai salah satu dari belum banyak perempuan di dunia perbankan, khususnya bank pelat merah yang berhasil mendobrak langit-langit kaca kepemimpinan di bank, terutama dalam posisinya saat ini sebagai Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BRI), salah satu bank terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari Rp.687 T, masuk dalam jajaran tiga bank terbesar di Asia Tenggara. Dikenal sebagai bank yang punya rekam jejak melayani masyarakat dari berbagai lapisan baik di perkotaan hingga pedalaman nusantara, BRI sukses melakukan transformasi digital, dan menggaet konsumen milenial dan gen Z.

Di sini peran Hani signifikan, apalagi BRI meluncurkan BRImo, Super App yang digadang-gadang sebagai andalan untuk menjadi peluru kendali transformasi digital dalam layanan perbankan di BRI.

Baca Juga: Dukung MotoGP 2022, BRI Hadirkan BRI Svarga di Bukit 360 

1. Bagaimana pandemik COVID-19 mempengaruhi hidup dan bisnis yang Anda tangani?

Direktur Konsumer BRI Handayani. (Youtube/IDN Times)

Kalau melihat ke belakang terutama sejak pandemi berlangsung, kita melihat 2022 ini adalah waktunya untuk berlari cepat. Apalagi BRI, telah menerapkan inisiasi transformasi yang bernama BRIvolution 1.0 sejak 2017 sebelum pandemi terjadi, dan dilanjutkan dengan BRIvolution 2.0 di 2021. Inisiasi ini membuat semua lini di BRI bergerak maju untuk menuju tranformasi digital yang lebih massive.

Nah, kemudian waktu itu tiba-tiba kasusnya naik luar biasa, kemudian kita langsung work from home. Bermula dari 25 persen dulu, 50 persen, dan mendadak kita semuanya harus beradaptasi untuk meeting yang gak ketemu orang itu. Itu yang pertama, yang membuat, saya rasa teman-teman juga mengalami, kayaknya tuh awal-awal agak kesulitan. Karena biasanya kalau kita meeting, bisa bertatap muka langsung, berdiskusi, dan melihat ekspresinya & gesturnya lawan bicara kita. Kemudian prokes yang harus dijaga dengan ketat, situasi itu tentu tidak mudah.

Tapi, ternyata orang Indonesia itu luar biasa. Jadi kalau kita lihat, beradaptasinya sangat cepat, dan banyak sekali hal-hal baru yang justru muncul menjadi opportunity bisnis yang kita lihat dalam dua tahun terakhir ini banyak inovasi dan ide baru yang muncul.

Lulus sebagai dokter gigi, karir yang panjang di perbankan dan sempat singgah di Garuda Indonesia, Bagaimana kisahnya?

Saya mulai bekerja di tahun 1988, atau kira-kira 34 tahun lalu ya. Nah, ceritanya memang seru sih. Jadi, kebetulan background keluarga ibu saya itu banyak yang dokter.
Jadi, makanya saya didorong untuk sekolah kedokteran dan saya memilih menjadi dentist. Setelah lulus, ijazah tersebut saya berikan ke Ibu sebagai tanda bakti saya, terus saya meminta izin kepada ibu untuk mengejar cita-cita saya.

Nah, waktu itu memang kebetulan zaman SMP-SMA sering dibawa ibu ke bank, dan pada tahun 1988, seperti sudah menjadi jalan Tuhan, saya melihat di koran waktu itu bahwa bank akan melakukan perluasan karena akan bertumbuh agresif, jadi menerima semua lulusan. Jadi, karena waktu itu sering dibawa berkunjung ke bank, saya melihat kerja di bank kayaknya asyik nih.

Waktu itu saya mencoba apply di tiga bank, dan di tiga-tiganya diterima. Di bank swasta dan bank asing pada waktu itu, tapi saya pilih salah satu bank swasta. Kemudian ikutlah namanya Management Development Programs (MDP).

Saat masa pelatihan, sempat kelimpungan juga karena kelasnya ada 24 orang dan hanya ada tiga perempuan termasuk saya. Yang satu lulusan ekonomi dari luar negeri, yang satu psikologi dan saya kedokteran gigi. Namun seiring waktu, komposisi gender yang tidak imbang tersebut tidak menjadi kendala bagi kami bertiga untuk mengikuti pelatihan.

Saat MDP, ada program kompetisi di mana rangking 1 sampai rangking 3, akan memiliki gaji yang lebih tinggi dibanding rangking 4 sampai rangking 5, dan seterusnya. Karena sudah terlatih berjiwa kompetitif sejak kecil, saat menjadi pemain tenis junior nasional maka pas begitu ada challenge itu, saya langsung semangat untuk bisa meraih ranking meskipun belajarnya kira-kira 2-3 kali lipatnya dari teman-teman lain yang berlatar belakang ekonomi.

Kemudian dalam perjalan karier, saya selalu melihat perlunya ada target-target yang direncanakan, sesuai didikan ayah saya sejak kecil. Terkait hal ini, saat bekerja di bank, perempuan yang menurut saya very inspirative pada waktu itu adalah Enny Hardjanto almarhumah, banker eks Unilever yang masuk ke City Bank. Saat itu Mbak Enny vice president di usianya yang sangat muda. Saya bilang, wah ini luar biasa nih. Jadi, saya coba ikuti cara-caranya. Jadi setiap waktu selalu coba untuk melihat dan membuat target-target.

Berangkat dari bank swasta saya kemudian diminta untuk bergabung ke Bank Mandiri untuk membangun consumer banking. Saat itu saat Bank Mandiri baru saja selesai proses merger. Nah, waktu itu yang pastinya banyak berjasa adalah Pak Omar Anwar, Mas Kemal Santoso, dan Pak Agus Martowardojo. Beliau-beliau ini adalah mentor yang membentuk saya.

Lanjut di 2013, saya diminta untuk masuk sebagai direksi di AXA Mandiri, anak perusahaan Bank Mandiri, yang kebetulan waktu itu sedang mencari bentuk bisnis model baru, yang berbasis alternate distribution karena sebelumnya banyak menggunakan customer-nya Mandiri. Selang setahun kemudian, saya diberikan amanah untuk membantu bersama memperbaiki kondisi Garuda Indonesia saat Pak Arif Wibowo menjadi dirut. Saat itu saya dipercaya memegang tiga bidang yang semula dipegang oleh tiga direktur yang berbeda. Gak lama di Garuda 1 tahun 7 bulan, setelah itu bergabung ke BTN dan kemudian ke BRI.

2. Nah, bagaimana, visi dari BRI berkaitan dengan digitalisasi khususnya targeting millennials?

Direktur Konsumer BRI Handayani. (Dok. BRI)

Kita sebut transformasi BRI ini sebagai BRIvolution. BRIvolution 1.0 yang di-inisiate 2017, yang harusnya lima tahun, tetapi kita harus potong karena adanya pandemi. Dilakukan review ulang, sehingga kita selesaikan di BRIvolution 1.0 di 2020 kemarin. Kemudian kita masuk ke BRIvolution 2.0.

Nah, ketika kita bicara BRIvolution 1.0, kita sudah bicara bagaimana melakukan digitalisasi dan culture. Dua hal yang kita harus tanamkan di BRIvolution 1.0. Karena kita sudah melihat bahwa tidak ada cara lain untuk mengubah bisnis model kalau kita gak masuk ke digitalisasi. Dan ketika kita masuk ke digitalisasi, tentu culture behaviour employee juga harus berubah. Nah, itu kita teruskan juga di Brivolution 2.0 karena memang masih relevan, kita harus terus menguatkan digitalisasi itu.

Pertanyaannya, apanya yang mau didigitalisasikan? Jadi kalau kita memotret ada tiga hal yang kita harus digitalisasikan. Yang pertama adalah digitalizing the core, yaitu proses bisnis di BRI ini harus bisa diproses dengan digitalisasi agar menghasilkan efisiensi yang baik. Kemudian kita tahu bahwa ke depan di era yang sekarang nih, di era BRIvolution 2.0, kolaborasi menjadi kuncinya. Maka, poin yang kedua, pilar yang kedua adalah digital ecosystem. Jadi BRI itu harus menjadi bagian dari ekosistem yang ada di dalam transaksi nasabah sehari-hari. Maka, sering kita bilang bahwa kita itu harus memiliki two sided banking models, yaitu kadang-kadang BRI di depan yang langsung berinteraksi dengan nasabah yang bisa langsung datang ke BRI dan melakukan transaksi di products dan services.

Selain itu, BRI juga berlaku sebagai back end services, yaitu. nah kita di belakangnya sebagai bank yang menjadi settlement account-nya atau pengaturan transaksi keuangan. Jadi, two sided banking models ini menjadi penting, apalagi sejalan dengan visi sistem pembayaran Indonesia. Di mana open banking itu sudah benar-benar digaungkan oleh Bank Indonesia. Nah, jadi makanya, pilar kedua digital ecosystem ini menjadi penting.

Ketiga adalah bagaimana kita menciptakan, melakukan inovasi-inovasi agar relevan dengan, tentu di era setelah pandemi ini, adalah menciptakan produk-produk berbasis digital. Jadi, tiga pilar ini kita kuatkan di BRIvolution 2.0 ini.

Postingan Mbak Hani di Instagram belakangan banyak ngobrolin soal BRImo. Ini Super App andalan digitalisasi BRI?


Sebenarnya kan BRImo itu adalah transformation dari mobile banking application kita yang lama. Nah, kalau dulu kita bicara mobile banking itu benar-benar close loop. Jadi, ya sudah, nasabah bank dulu, kemudian baru dia menggunakan mobile application-nya untuk transaksi.

Nah, kan sudah gak relevan lagi ya, di era pandemi ini, jadi kalau bisa transaksi pakai jempol saja deh. Mau ngapa-ngapain pakai jempol saja. Jadi kita harus menyesuaikan dengan itu sehingga kita harus menciptakan Super App. Yang di dalamnya, nanti seluruh kebutuhan lifestyle sehari-hari orang Indonesia, dari mulai anak kecil sampai yang sudah senior, itu menggunakan BRImo, untuk melakukan aktivitasnya. Jadi kita berharap dari mulai orang bangun tidur, teng, sampai tidur lagi, dari semua bisa di-layani oleh BRImo.
Makanya kita bilang itu Super App karena BRImo itu tidak hanya untuk orang yang menjadi nasabah BRI baru melakukan transaksi, tetapi justru dia bisa dipakai oleh siapa pun untuk melakukan aktivitasnya, termasuk bukan nasabah.

3. Bagaimana saya mencoba memahami target konsumen milenial?

Direktur Konsumer BRI menjalani sesi wawancara dengan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis. (YouTube/IDN Times)

Pertama, beruntungnya saya punya anak yang milenial, bisa diajak ngobrol apa yang dia butuhkan. Kemudian melakukan assessment dengan anak, experience-nya seperti apa. Saya juga coba bergaul, berteman sama anak-anak muda, bagaimana cara mereka main games, sampai juga mendengarkan ibu-ibu atau orangtua ketika dia melihat anaknya. Demikian juga mendengarkan orang-orang tua ketika dia merasa bahwa sekarang situasi berubah tapi merasa kesulitan untuk beradaptasi terhadap cara bertransaksi yang baru.

Sehingga, satu sisi ada yang sangat advanced, satu sisi ada yang ‘gaptek’. Jadi, dari situ kemudian diskusi sama tim, kita harus membuat mobile app yang bisa digunakan oleh dua sisi, satu yang sangat advanced, satu yang ‘gaptek’. Makanya, di BRImo satu-satunya mobile app yang punya fast menu. Kalau ada yang ‘gaptek’ dengan kebutuhan transfer, bayar listrik, cek mutasi, bayar kartu kredit, mereka bisa langsung mengaturnya di dalam fast menu. Jadi nggak perlu login lagi, cukup dimasukkan ke dalam fast menu maka dia bisa transaksi dengan mudah.

Saat ini semua mengarah ke cashless. BRI masuk ke sini karena melihat potensi ya. Kalau tidak salah, BI memprediksi transaksi digital akan mencapai Rp49,73 kuadriliun. Memang besar ya?

Sangat-sangat besar. Jadi, kalau kita lihat dulu sebelum pandemi, kita berpikir bahwa pada waktu kita bilang akan transformasi ke digital and culture, kita pikir butuh waktu lima tahun untuk kita bisa melakukan literasi dan edukasi ke pasar. Tapi ternyata setelah pandemik ini, eksponensial sekali, ternyata orang Indonesia sangat cepat, bukan hanya Indonesia saja tapi secara global, secara cepat berpindah langsung ke digital platform.

Jadi kalau kita lihat dan kita bandingkan dari tahun 2019 ke 2020 growth-nya dibandingkan 2020 ke 2021 di mana pandemik sudah berjalan 1 tahun, transaksi di BRImo enam kali lipat lebih tinggi. Jadi, total transaksi kalau kita lihat hampir 1.400 miliar transaksi, secara akumulasi.

Bahkan kalau BRI bisa masuk ke pelosok-pelosok, sebelumnya kita beranggapan bahwa di pelosok akan membutuhkan waktu lama untuk literasi digital, ternyata gak juga.

Apalagi sekarang smartphone juga semakin murah, sehingga ternyata orang meng-upload foto dagangannya di Instagram, Facebook itu sudah sangat biasa dan mudah. Selama pandemi juga dikampanyekan, karena situasinya membuat mereka tidak mungkin berdagang di pasar, tidak mungkin membuka toko dan orang datang, sehingga mau gak mau mereka menggunakan gadget-nya.

Ketika mereka menggunakan gadget pasti mereka butuh bank di dalamnya untuk melakukan transfer pembayaran, pembayaran melalui uang elektronik, top up uang elektronik, dan seterusnya. Jadi, automatically mereka cari tahu. Sehingga kalau kita lihat memang luar biasa pertumbuhannya.

Soal kredibilitas penting dan BRI sudah tested dan proven menjadi bank negara yang kuat, kokoh, di tengah situasi di mana banyak sistem pembayaran yang ternyata kurang aman. Apakah itu yang membuat BRImo juga cepat perkembangannya?

Jadi, satu sisi memang kecepatan orang beradaptasi digital itu luar biasa, satu sisi yang agak ketinggalan adalah bagaimana kita melakukan edukasi pemahaman supaya yang baru melek digital ini nggak ketipu. 

Makanya kita membuat gerakan penyuluh digital di tahun lalu, karena sebenarnya yang paling penting adalah kita memberikan informasi ke masyarakat ketika kita sudah berbicara semua menggunakan mobile, uang kita ada di sini semua. Sehingga keamanan menjaga data, tidak sharing password, tidak sharing OTP, tidak mudah meminjamkan handphone ke orang lain, edukasi simpel itu diperlukan. Karena orang Indonesia cenderung baik hati, ketika diminta untuk pinjam handphone dan dipinjamkan, padahal di dalamnya ada mobile banking-nya.

Jadi sebenarnya kalau dari sistem sendiri, kita dalam setiap tahapan untuk menambah fitur baru kemudian kita melakukan evaluasi terhadap fitur, kita menggunakan partner yang melakukan assessment, partner independent dengan melakukan penetration test yang memiliki akurasi.

Itu harapannya akan menjadi four eyes principle (pengawan ketat) kita untuk memastikan bahwa sistem kita cukup untuk memiliki proteksi yang baik, dan tentunya dilengkapi dengan infrastruktur yang kita penuhi sesuai dengan standar kualifikasi internasional dari sisi IT security. Kemudian kita juga melengkapi dengan front detection system untuk melihat apakah ada transaksi-transaksi yang anomali supaya kita bisa cegah lebih dini.

Perangkat itu coba kita siapkan dengan baik dan juga dilengkapi dengan dashboard yang sangat lengkap, yang memungkinkan kita untuk mendeteksi secara dini jika terjadi sesuatu. Nah, dari sistem infrastruktur coba kita perbaiki dengan terus menerus tanpa henti, tapi kita juga harus mengedukasi masyarakat.

Jadi, komunikasi melalui banyak kanal tentunya, baik yang dimiliki oleh BRI, media sosial, kita selalu secara runtin menyampaikan, “Jangan memberikan data yang sensitif kepada orang lain, sering mengganti password, jangan sharing password, jaga OTP itu secara terus menerus, jangan pamer barcode, mungkin critical data yang kita merasa tidak penting saat ini, tapi bisa berbahaya jika sampai tersebar di kemudian hari.”

Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi ke depan, apalagi kalau kita berbicara tentang data-data yang bisa dimanfaatkan di dunia maya itu dengan berbagai tindakan kejahatan yang bahkan sulit kita untuk memikirkannya.

Saya hampir tiap hari menggunakan BRImo. Pertama yang selalu dilihat pastinya personal financial management untuk melihat transaksi, transfer, pembelian. Kemudian, biasanya kalau kita untuk bayar asisten rumah tangga yang sudah tidak dibayar pakai cash, uang arisan, buat anak, tabungan berjangka.

Apakah ada penambahan fitur BRImo di tahun 2022?

Tahun ini kita punya banyak fitur baru yang sangat atraktif karena di dalam BRImo Super App kita ingin ada 10 ecosytem in one app begitu. Jadi kita ingin di dalam 10 ekosistem itu di dalamnya misalnya ada traveling, orang gak perlu keluar ke App lain. Cukup lewat BRImo mereka sudah bisa booking bus, booking tiket kereta api, milih tempat duduk itu dengan BRImo mereka sudah cukup, dia gak perlu keluar lagi ke aplikasi lain.

Kemudian, kita kan tahu di 2021 kita lihat secara survei, anak-anak milenial kalau disuruh menabung mereka selalu menjawab buat menabung mereka as investing. Buat investing product yang digunakan apa, yang pertama dipilih pertama saham. Kita lihat kan dalam dua tahun ini investor milenial banyak di pasar saham.

Jadi kalau ditanya sekarang, mereka menabungnya di mana, mereka gak bicara bank lho. Pertama yang disebut saham. Yang kedua muncul reksadana, yang ketiga surprisingly mereka menyebutnya crypto. Baru nomor empat dan lima yang disebut tabungan dan deposito. Jadi di tahun ini kita akan memastikan BRImo ini nanti bisa digunakan untuk on boarding pembukaan Rekening Dana Nasabah (RDN) agar mereka bisa juga kita terkoneksi dengan sistem trading perusahaan anak kita BRI Danareksa Sekuritas sehingga mereka bisa langsung melakukan aktivitas untuk membeli saham, kemudian obligasi, kemudian juga reksadana di BRImo. 

Pada segmen ini meskipun tidak ada di wawancara, agar ditambahkan fitur Swift Code, direct transfer luar negeri

Jadi kurang memperhatikan fundamental emiten ya?

Seru sih memang ketika mereka mengulas saham begitu. Nah mereka biasanya membaca dari beberapa stockpick application. Nah itu yang perlu kita edukasi juga. Jadi ketika mereka memilih stockpick-nya yang mana, mereka tidak melihat company-nya tapi mereka hanya mendengarkan rekomendasi dari siapa pun itu, Nah itulah pekerjaan rumah kita berikutnya. Karena investor muda milenial bertumbuhnya luar biasa besar. Apalagi kita tahu di 2022 ini banyak startup yang akan go public. Yang pastinya investor retailnya anak-anak muda. Jadi makanya PR kita di 2022 adalah bagaimana kita bisa melakukan literasi dengan cepat untuk mereka-mereka bisa paham investasi saham bukan judi lho. Begitu.

Jadi ketika kita bicara saham, investasi di saham, itu sama dengan ita itu menjadi entrepreneur. Jadi kalau dulu kita bicara menjadi entrepreneur itu dikonotasikan buka usaha baru dengan buka toko, buka pabrik, buka jahitan, toko kue, itu dikatakan entrepreneur. Sebenarnya gak, jadi ketika kita memilih saham mana yang ingin kita invest, itulah entrepreneurship dibutuhkan. Jadi harus diajari juga cara-cara bagaimana kita berinvestasi.

 

Baca Juga: Wakil Menteri BUMN II: Secara Nilai Ekonomis, BRI Jadi Bank yang Unik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya