TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Tahap Perencanaan dalam Proses Audit Laporan Keuangan

Bertujuan meninjau kebenaran laporan keuangan perusahaan

Ilustrasi Penelitian, riset, audit (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Ketika mendengar kata audit, hal pertama yang terlintas dalam benak seseorang tentu sesuatu yang berkaitan dengan pemeriksaan keuangan. Kata audit sendiri memang sering dikaitkan dengan pemeriksaan laporan keuangan sebuah perusahaan.

Menurut Lawrence R Dickey, seorang ahli dibidang audit, ia mendefinisikan audit sebagai pemeriksaan catatan akuntansi yang dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan apakah catatan tersebut benar dan benar-benar mencerminkan transaksi yang dimaksudkan.

Singkatnya, audit merupakan kegiatan peninjauan ulang data-data yang konkrit untuk menjadi sebuah laporan dengan memastikan akurat atau tidaknya. Sebelum melakukan audit, tentu ada tahapan perencanaan yang dilakukan agar kegiatan audit berjalan lancar.

Berikut 8 tahap dalam perencanaan audit yang telah IDN Times rangkum, dikutip dari konsultanku.co.id. Yuk, simak!

Baca Juga: Alur Audit: Pengertian dan Fungsinya 

1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal

ilustrasi meeting dengan klien (freepik.com/yanalya)

Tahap pertama ini mencakup keputusan penerimaan audit atas klien, baik klien baru maupun lama. International Standard on Quality Control (ISQC) 1 mengungkapkan beberapa prosedur dan kebijakan dalam memutuskan untuk menerima klien, diantaranya yaitu:

  • Latar belakang perusahaan klien.
  • Persyaratan etis yang dimiliki perusahaan klien.
  • Komunikasi dengan auditor terdahulu (apabila audit tahun sebelumnya dilakukan oleh auditor yang berbeda).
  • Kebutuhan akan ahli di bidang tertentu.
  • Pemilihan anggota tim perikatan.
  • Perolehan surat perikatan (engagement letter).

Bila perusahaan yang akan diaudit merupakan klien baru, auditor harus terlebih dahulu memahami bisnis, stabilitas finansial, dan hubungan perusahaan dengan auditor terdahulu.

Namun, bila perusahaan termasuk klien lama atau yang sudah pernah diaudit, maka auditor tetap harus mempertimbangkan integritas klien dan etika nya. Bila integritas dan etika klien tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka auditor harus memutus hubungan dengan klien.

Baca Juga: Bukti Audit: Pengertian, Jenis dan Kompetensinya 

2. Memahami bisnis dan industri klien

ilustrasi berdiskusi dengan klien (pexels.com/Alex Green)

Pada tahapan ini, auditor berusaha memahami lingkungan bisnis klien, baik eksternal maupun internal. Lingkungan bisnis klien yang tercantum dalam Internasional Standard Audit (ISA) 100 meliputi kondisi ekonomi industri, peraturan pelaporan keuangan, dan dampak kompetisi bisnis.

Selain itu, beberapa aspek lain yang juga perlu dipahami auditor, antara lain:

  • Industri dan lingkungan eksternal
  • Operasi dan proses bisnis
  • Manajemen dan tata kelola
  • Strategi dan tujuan klien
  • Ukuran dan kinerja

Memahami lingkungan bisnis perusahaan berguna dalam proses penilaian risiko oleh auditor. Hasil penilaian risiko nantinya akan digunakan untuk menentukan banyaknya bukti audit yang diperlukan.

3. Menilai risiko bisnis klien

ilustrasi manajemen risiko (pexels.com/Startup Stock Photos)

Selanjutnya, auditor akan melakukan penilaian risiko dengan mengidentifikasi efektivitas implementasi pengendalian internal dengan berpedoman pada kerangka Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).

Auditor akan memeriksa dan memahami apakah ada risiko yang mungkin terjadi dari strategi bisnis yang dijalankan klien. Bila ditemukan adanya risiko, maka bisnis klien dapat dikatakan gagal mencapai tujuan perusahaan.

Baca Juga: BUMN Ini Tawarkan Jasa Audit Agar Industri Bisa Hidup di New Normal

4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

ilustrasi analisis data (unsplash.com/Carlos Muza)

Dalam melakukan prosedur analitis pendahuluan, auditor harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:

  • Ekspektasi perusahaan (dalam bentuk bujet atau forecast report) dan auditor (dalam bentuk perhitungan auditor mengenai estimasi besarnya beban depresiasi).
  • Informasi keuangan perusahaan di industri serupa.
  • Informasi keuangan perusahaan klien di periode sebelumnya. Tujuannya untuk melihat kenaikan atau penurunan yang signifikan pada keuangan perusahaan, sehingga auditor dapat merancang prosedur tertentu dalam rangka merespon hal ini.

Selain itu, pada tahap 4 ini memiliki beberapa tujuan, seperti prosedur analitis awal, prosedur analitis substantif, dan prosedur analitis akhir.

5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima, serta risiko inhern

Ilustrasi brainstorming, analisis, mencari solusi. (Unsplash/Per Lööv)

Pada tahap kelima, ada 2 poin yang difokuskan oleh auditor, yaitu:

  • Menentukan tingkat materialitas awal .
  • Mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan .

6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

Pexels.com/Andrea Piacquadio

Auditor mendesain seluruh pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Ada 4 proses yang menjadi bagian dari pengendalian internal, yaitu penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan

pexels.com/Kaboompics .com

Pengumpulan informasi dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terjadinya risiko kecurangan selama perencanaan audit berlangsung, serta untuk memperbarui penilaian tersebut selama proses audit.

Informasi ini biasanya akan ditemukan ketika auditor melakukan kunjungan ke perusahaan klien serta mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait di dalamnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya