TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa itu Stablecoin? Aset yang Mengguncang Pasar Kripto

Stablecoin memiliki peran penting bagi pasar crypto

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times – Istilah stablecoin belakangan ramai menjadi perbincangan setelah sejumlah koinnya mengalami kejatuhan nilai dan mempengaruhi pasar mata uang kripto (cryptocurrency) yang lebih luas.

Kondisi di mana harga suatu aset kripto anjlok tajam sebenarnya bukan hal aneh, mengingat kripto memang dikenal dengan volatilitasnya yang tinggi. Namun, kejatuhan harga stablecoin jelas menarik perhatian karena stablecoin seharusnya jauh lebih tidak volatil jika dibandingkan dengan cryptocurrency seperti Bitcoin. Hal tersebut karena stablecoin telah dipatok ke mata uang fiat seperti dolar Amerika Serikat (AS).

Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui terkait stablecoin.

Baca Juga: Pelajaran Penting yang Bisa Diambil dari Anjloknya Kripto LUNA

1. Apa itu stablecoin?

ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Stablecoin adalah cryptocurrency yang dirancang untuk terhindar dari volatilitas liar yang mempersulit penggunaan aset digital untuk pembayaran atau sebagai penyimpan nilai.

Nilai stablecoin berusaha untuk dijaga tetap stabil dan konstan dengan dipatok ke mata uang fiat, misalnya ke dolar AS. Itu berarti kemanapun arah nilai cryptocurrency bergerak, harga stablecoin akan tetap tidak kurang dari 1 dolar AS.

Baca Juga: Investor Tarik Rp98 Triliun dari Tether Setelah Nilai LUNA Anjlok

2. Seberapa pentingkah stablecoin?

Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut data CoinMarketCap, stablecoin memiliki kapitalisasi pasar sekitar 170 miliar dolar AS, menjadikannya bagian yang relatif kecil dari keseluruhan pasar cryptocurrency, yang saat ini bernilai sekitar 1,2 triliun dolar AS.

Tapi popularitasnya telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Stablecoin terbesar, Tether, memiliki kapitalisasi pasar sekitar 80 miliar dolar AS, melonjak dari hanya 4,1 miliar dolar AS pada awal 2020. Stablecoin terbesar kedua, USD Coin, memiliki kapitalisasi pasar sebesar 49 miliar dolar AS, menurut data CoinMarketCap.

Meski data tentang penggunaan spesifik stablecoin sulit didapat, mereka memainkan peran penting bagi pedagang cryptocurrency. Ini karena stable koin biasanya menjadi tempat lindung nilai terhadap lonjakan harga Bitcoin atau untuk menyimpan uang tunai tanpa mentransfernya kembali ke mata uang fiat.

Dalam laporan stabilitas keuangan dua tahunan pada pekan lalu, Federal Reserve AS memperingatkan stablecoin semakin banyak digunakan untuk memfasilitasi perdagangan leverage dalam cryptocurrency lainnya.

Sejak 2018, stablecoin telah semakin banyak digunakan dalam perdagangan internasional dan sebagai cara untuk menghindari kontrol modal, kata Joseph Edwards, kepala strategi keuangan di perusahaan kripto Solrise. Ia menjelaskan bahwa stablecoin Tether khususnya digunakan untuk perdagangan di dalam dan sekitar China dan Amerika Selatan.

3. Bagaimana cara kerja stablecoin?

IDN Times/Mia Amalia

Ada dua jenis utama stablecoin, yang pertama yakni yang didukung oleh cadangan yang terdiri dari aset, seperti mata uang fiat, obligasi, surat berharga, atau bahkan token kripto lainnya. Sementara yang kedua bersifat algoritmik atau terdesentralisasi.

Stablecoin utama seperti Tether, USD Coin, dan Binance USD didukung oleh cadangan. Koin-koin ini mengatakan bahwa mereka memiliki aset berdenominasi dolar yang cukup untuk mempertahankan nilai tukar 1:1 (1 koin sama dengan 1 dolar).

Sementara itu, TerraUSD adalah stablecoin algoritmik. Ini berarti ia tidak memiliki cadangan. Sebaliknya, nilainya seharusnya dipertahankan oleh mekanisme kompleks yang melibatkan pertukaran koin TerraUSD dengan cryptocurrency mengambang bebas yang disebut Luna untuk mengontrol pasokan.

Baca Juga: Mau Nabung Aset Kripto Stablecoin? Begini Caranya

4. Apa yang membuat stablecoin jadi perhatian belakangan ini?

Ilustrasi ekonomi (IDN Times/Sukma Shakti)

Mengutip Channel News Asia, mekanisme stabilitas TerraUSD berhenti bekerja minggu ini ketika investor kehilangan kepercayaan pada Luna, di tengah penurunan yang lebih luas di pasar cryptocurrency. Harga TerraUSD jatuh hingga serendah 30 sen.

Secara teori, stablecoin yang didukung aset harus tetap kokoh meskipun di tengah kekacauan.

Tetapi nilai Tether juga jatuh ke bawah patok dolarnya untuk pertama kalinya sejak 2020 pada Kamis, turun ke level 95 sen.

Pada saat kejadian, Tether telah berusaha meyakinkan investor, mengatakan di situs webnya bahwa pemegang masih dapat menebus token mereka dengan harga 1:1.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya