TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Hal yang Perlu Kamu Tahu dari Runtuhnya NFT, Apa Penyebabnya?

Sempat berjaya di 2021

ilustrasi NFT (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Non-fungible tokens (NFT) sedang berada dalam masa-masa sulit. Setelah pasar mengalami penurunan tajam, gelembung NFT diyakini telah pecah, bahkan benar-benar pecah.

NFT adalah sarana berbasis blockchain untuk mengklaim kepemilikan unik atas aset digital. Non-fungible berarti unik, berlawanan dengan barang fungible seperti uang kertas Rp100 ribu yang sama dengan uang kertas Rp100 ribu lainnya.

Namun, hanya karena sebuah barang itu unik, bukan berarti barang tersebut berharga. Bagaimanapun, aset digital mudah ditiru. Jadi, NFT pada dasarnya adalah tanda terima yang menunjukkan bahwa kamu telah membayar sesuatu yang bisa didapatkan orang lain secara gratis.

Dua set NFT yang paling banyak diperdagangkan adalah koleksi Bored Apes yang dibuat pada April 2021 dan koleksi CryptoPunks yang diluncurkan pada Juni 2017.

Kedua set tersebut terdiri dari 10 ribu figur yang tampak serupa tetapi unik, dibedakan dengan gaya rambut, topi, warna kulit, dan sebagainya. Karakter Bored Ape tampaknya merupakan turunan dari gambar Jamie Hewlett, seniman yang menggambar Tank Girl dan band virtual Damon Albarn, Gorillaz.

Baca Juga: Nasib NFT Sekarang Sudah Tidak Ada Harganya, 2 Tahun Lalu Bersinar

Baca Juga: Tertarik dengan NFT? Ini Dia 4 Jenis NFT yang Bisa Kamu Kepoin

1. Kenapa orang-orang membeli NFT?

ilustrasi NFT (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun NFT pertama kali muncul sekitar satu dekade yang lalu, tren ini benar-benar mulai berkembang pesat pada 2021, dan untuk sementara waktu NFT sangat populer.

Dilansir The Conversation, NFT sama saja seperti halnya Bitcoin dan token spekulatif serupa, pendorong utama untuk membelinya adalah keserakahan. Melihat kenaikan harga awal, orang-orang berharap mereka juga bisa mendapat untung besar.

Tapi, sama seperti Bitcoin, NFT tidak memiliki nilai fundamental. Umumnya, seseorang hanya akan mendapat untung dari membeli NFT dengan menemukan orang yang bersedia membayar lebih untuk itu.

2. NFT mengalami keruntuhan

ilustrasi NFT (IDN Times/Aditya Pratama)

Ketertarikan orang-orang terhadap NFT diperkirakan mulai mencapai titik jenuh. Pencarian Google untuk aset digital yang sempat booming pada 2021 itu, telah menurun drastis. Volume perdagangan juga terjun bebas.

Harga di pasar NFT juga mengalami penurunan yang sangat besar. Harga NFT Bored Ape turun sekitar 90 persen dari puncaknya. CryptoPunks sedikit lebih baik dengan hanya kehilangan 80 persen nilainya.

Laporan terbaru yang mencakup sekitar 73 ribu NFT memperkirakan 70 ribu NFT sekarang bernilai nol. Hal ini menyebabkan 23 juta orang memegang aset yang tidak berharga.

Apa yang menyebabkan NFT runtuh? Selain kehilangan kebaruannya, pasar dirugikan oleh penurunan besar harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, serta runtuhnya bursa FTX dan publisitas yang diberikan untuk penipuan.

Selain itu, lockdown yang dilakukan saat pandemik COVID-19 telah dihentikan. Jadi, orang-orang yang sebelumnya memperdagangkan NFT sekarang memiliki cara lain untuk menghabiskan waktu mereka. Dan suku bunga yang lebih tinggi mulai pertengahan 2022 membuat sebagian besar aset spekulatif tampak kurang menarik.

Secara garis besar, semua faktor tersebut membuat NFT terlihat lebih berisiko.

Baca Juga: Tertarik Terjun ke NFT? Cari Tahu Dulu Potensinya di Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya