Ilustrasi analisis pekerjaan (pexels.com/fauxels)
1. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban utang jangka pendek. Apabila perbandingan aktiva lancar perusahaan besar, maka tinggi juga kemampuan perusahaan itu menutupi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio cepat (quick ratio)
Rasio cepat ini menunjukan kemampuan perusahaan di dalam membayar kewajiban maupun utang lancar tanpa melakukan perhitungan nilai persediaan. Rasio satu ini akan menunjukan kemampuan aktiva lancar sehingga mampu menutupi utang yang lancar.
3. Rasio kas (cash ratio)
Jenis rasio kas ini akan menunjukan nilai relatif di antara nilai uang kas dengan hutang yang lancar. Beberapa komponen di dalam aktiva lancar seperti inventory, piutang maupun surat berharga tidak mudah untuk diuangkan.
Semakian besar nilai rasio kasnya, maka semakin mudah juga perusahaan dapat membayar hutangnya. Maka dari itu, rasio kas bisa menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam jangka pendek.
4. Rasio perputaran kas (cash turnover ratio)
Untuk rasio perputaran kas analisis likuiditas, dapat menunjukan nilai relatif antara nilai penjualan bersih dengan modal kerja bersih maupun net working capital. Di dalam modal kerja bersih tersebut merupakan seluruh komponen aktiva lancar yang dikurangi total hutang lancar.
Di sini bisa dihitung dengan cara membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja bersih. Dengan adanya rasio perputaran kas ini bisa menunjukan berapa besar nilai penjualan yang didapat sebagai modal kerja perusahaan.
5. Total aset rasio (working capital to total asset ratio)
Jenis rasio yang terakhir adalah total aset rasio yang sering dipakai untuk menilai likuiditas dengan cara menghitung total aktiva serta posisi modal kerja. Dengan begitu, analisis akuntansi sangatlah berpengaruh untuk jenis rasio yang satu ini.