Ilustrasi uang (IDN Times/Mardya Shakti)
Kelas aset pertama yaitu ekuitas dan saham. Dengan berinvestasi di saham, itu berarti investor akan memiliki bagian dari perusahaan tempatnya berinvestasi. Misalnya, jika perusahaan ABC memiliki 100 ribu saham dan investor membeli 1.000 lembar, maka ia akan memiliki 1 persen dari perusahaan ABC. Keuntungan atau pengembalian dari investasi ini biasanya dalam bentuk dividen.
Kelas aset kedua yaitu pendapatan tetap dan utang. Jika investor memilih berinvestasi di sini, maka pada dasarnya bisa diartikan ia memberi pinjaman pada perusahaan atau pihak tertentu yang menerbitkan obligasi. Sebagai imbalan atas pinjaman ini, lembaga penerbit obligasi akan membayar bunga pinjaman dalam bentuk pembayaran berkala dan pokoknya (uang yang diinvestasikan) dikembalikan pada tanggal jatuh tempo.
Kelas aset ketiga adalah pasar uang, uang tunai dan setara kas. Uang tunai adalah uang dalam bentuk mata uang, baik lokal maupun asing. Ini dapat mencakup uang kertas dan koin serta uang tunai yang ada di rekening bank. Sementara setara kas adalah sekuritas investasi yang dimaksudkan untuk investasi jangka pendek, yang memiliki kualitas kredit yang tinggi dan sangat likuid (mudah diperjualbelikan).
Kelas aset keempat adalah real estat dan aset berwujud (yang dapat dilihat dan disentuh). Real estate adalah jenis aset berwujud yang paling umum dimiliki orang, tetapi komoditas, seperti emas dan ternak, juga termasuk dalam kategori ini. Umumnya, jenis aset ini dapat bertahan di tengah inflasi.