Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi uang rupiah (pexels.com/@robert-lens)

Intinya sih...

  • Bahasa gaul di Jakarta adalah adaptasi dari bahasa etnis Tionghoa, seperti cepek, ceban, gopek.
  • Istilah-istilah tersebut dipengaruhi oleh pedagang China dan digunakan untuk menyatakan harga barang dagangan.

Indonesia memiliki beragam macam bahasa yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Hal ini juga dipengaruhi dengan adat istiadat, etnis, dan budaya yang ada di Indonesia yang akhirnya terbentuk menjadi kebiasaan yang diadaptasi masyarakat sehari-hari.

Bahasa yang ada terus berevolusi, baik yang tertulis ataupun dalam pengucapan. Bahasa ini kemudian dikenal dengan sebutan bahasa gaul di kalangan masyarakat Indonesia terutama bagi kaum muda.

Salah satu bahasa gaul yang berkembang di Ibu Kota adalah dalam penyebutan nominal uang. Dalam berbelanja di Jakarta, sering kali kita mendengar istilah ce pek (cepek), go pek (gopek), ce ban (ceban), dan lain sebagainya. 

Bagi kamu yang belum paham tentang istilah-istilah tersebut, simak penjelasannya. Lebih lanjut dalam artikel kali ini, kita akan mengenal apa itu ce pek serta sejarah dari istilah gaul ini.

1. Pengertian cepek, gopek hingga cetiau

ilustrasi uang rupiah (Pixabay/IqbalStock)

Di telinga kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah ce pek atau cepek yang digunakan dalam kehidupan bertansaksi sehari-hari. Istilah ini diperuntukan untuk sebutan lain dari uang bernominal 100 (seratus). 

Tapi taukah kamu bahwa istilah cepek, ceban, gopek, gocap, dan sejenisnya merupakan istilah yang diadaptasi dari bahasa etnis Tionghoa. 

Istilah gaul ini biasa digunakan di mayoritas masyarakat Betawi di daerah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi (Jabodetabek), juga di Medan dan Surabaya. Mayoritas, karena daerah tersebut banyak dihuni warga dari etnis keturunan China.

Istilah tersebut kerap digunakan untuk menyatakan bilangan dan jumlah pada harga suatu barang dagangan. Jika kamu pergi berbelanja di kawasan Jabodetabek terutama, kamu akan banyak menemukan istilah ini diucapkan pedagang di pasar-pasar tradisional.

Ini juga mempengaruhi bagaimana pedagang mengetahui bahwa kamu bukan asli orang dari daerah tersebut. Bahkan, biasanya mereka bisa menaikkan harga jika konsumen merupakan pendatang baru atau wisatawan luar kota.

Untuk menghindari hal tersebut, ada baiknya kamu mengetahui dan menghapal istilah-istilah seperti berikut, seceng (seribu), noceng (dua ribu), cepek (seratus), ceban (sepuluh ribu), gocap (lima puluh), gopek (lima ratus), goban (lima puluh ribu), cepek ceng (seratus ribu), gopek ceng (lima ratus ribu), dan cetiau (satu juta).

2. Sejarah istilah cepek dan sejenisnya

ilustrasi uang (freepik.com/ dhvisuality)

Indonesia memiliki banyak bahasa dan istiadat etnis lain yang mempengaruhi bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari. Dikutip dari situs Tionghoa.info, istilah cepek merupakan adaptasi dari dialek bahasa Hokkian yaitu bahasa Banlamwe (Munnanhua) yang merupakan bahasa dari Provinsi Hokkian, Fujian, China.

Dahulu, para leluhur warga China menetap di Indonesia dalam kurun waktu lama, hingga akhirnya menjadi warga negara asli Indonesia. Kesuksesan mereka sebagai pedagang Indonesia menjadikan bahasa Hokkian ini dibuat menjadi istilah-istilah bahasa perdagangan, terlebih di pasar Tradisional.

Dari sinilah juga cikal bakal dari istilah yang masuk ke bahasa gaul itu terbentuk. Seiring berjalannya waktu, istilah cepek, ceban, gopek, gocak, goban, dan sejenisnya menjadi bahasa yang sering dipakai oleh masyarakat Betawi dan daerah-daerah tertentu di Indonesia seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya yang banyak penduduknya berasal dari etnis Tionghoa.

Istilah-istilah ini kini lumrah digunakan semua kalangan masyarakat di Indonesia, meskipun masih juga banyak yang belum mengetahui atau bahkan masih sering tertukar maknanya. 

3. Daftar istilah bahasa hokkian dan artinya

Seorang warga menunjukkan uang Rupiah kertas Tahun Emisi 2022 usai menukarkan di mobil kas keliling Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Gorontalo di Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (19/8/2022). (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

Tidak ada salahnya jika kamu mencoba untuk memahami makna dari istilah lain yang ada pada bahasa Hokkian lainnya seperti berikut ini:

1. Untuk Satuan

  • 1 = it
  • 2 = ji atau no (spesial untuk bilangan ratusan ke atas)
  • 3 = sa
  • 4 = si
  • 5 = go
  • 6 = lak
  • 7 = cit
  • 8 = pek
  • 9 = kau

2. Untuk belasan:

  • 10= cap
  • 11 = cap it
  • 12 = cap ji
  • 13 = cap sa
  • 14 = cap si
  • 15 = cap go
  • 16 = cap lak
  • 17 = cap cit
  • 18 = cap pek
  • 19 = Cap kau

3. Untuk puluhan:

  • 20 = ji cap
  • 30 = sa cap
  • 40 = si cap
  • 50 = go cap
  • 60 = lak cap
  • 70 = cit cap
  • 80 = pek cap
  • 90 = kau cap

4. Untuk ratusan:

  • 100 = ce pek
  • 200 = no pek
  • 300 = sa pek
  • 400 = si pek
  • 500 = go pek
  • 600 = lak pek
  • 700 = cit pek
  • 800 = pek pa tun
  • 900 = kau pek

5. Untuk ribuan:

  • 1.000 = se ceng
  • 2.000 = no ceng
  • 3.000 = sa ceng
  • 4.000 = si ceng
  • 5.000 = go ceng
  • 6.000 = lak ceng
  • 7.000 = cit ceng
  • 8.000 = pek ceng
  • 9.000 = kau ceng
  • 10.000 = ce ban

Kesimpulannya, bahasa gaul yang ada dikalangan masyarakat Indonesia banyak yang diadaptasi dari beberapa bahasa negara lain. Salah satunya istilah cepek ini yang digunakan untuk penyebutan bilangan uang.

Bahasa ini menjadi bahasa yang sering dipakai di sebagian masyarakat di Jakarta, yang banyak juga dipakai masyarakat Betawi. Namun, kamu juga perlu mengetahui sejarah terpenting lainnya di balik asal usul bahasa gaul.

Editorial Team