5 Kesalahan ketika Berinvestasi Emas dalam Bentuk Perhiasan

- Investasi emas perhiasan memiliki risiko kerugian akibat biaya pembuatan yang tidak dihitung saat penjualan kembali.
- Kadar emas rendah pada perhiasan dapat menurunkan nilai jualnya, karena hanya emas murni yang dihitung.
- Pemakaian sehari-hari dan desain artistik meningkatkan risiko kerusakan fisik dan penurunan nilai jual perhiasan emas.
Investasi emas dikenal sebagai salah satu bentuk investasi yang aman dan tahan terhadap inflasi. Namun, tidak semua bentuk emas memiliki potensi keuntungan yang sama. Banyak orang memilih emas dalam bentuk perhiasan karena alasan estetika dan fleksibilitas penggunaan, namun keputusan ini sering kali justru membuat investasi tidak maksimal.
Tanpa pemahaman yang tepat, emas perhiasan bisa lebih menjadi beban konsumtif dibandingkan aset investasi yang menguntungkan. Berbeda dengan emas batangan atau logam mulia murni, emas dalam bentuk perhiasan memiliki sejumlah aspek tambahan seperti biaya pembuatan (ongkos tukang), model, dan risiko penyusutan nilai.
Oleh karena itu, penting untuk memahami kesalahan umum yang sering dilakukan saat berinvestasi dalam bentuk perhiasan. Agar tidak terjebak pada ilusi investasi yang kurang menguntungkan, yuk simak apa saja kesalahan saat berinvestasi emas dalam bentuk perhiasan.
1. Mengabaikan ongkos pembuatan emas perhiasan

Salah satu kesalahan terbesar saat membeli perhiasan emas sebagai investasi adalah mengabaikan ongkos pembuatannya. Biaya ini bisa mencapai 10 hingga 30 persen dari total harga perhiasan. Sayangnya, biaya tersebut tidak dihitung saat kamu menjual kembali emasmu, sehingga nilainya akan langsung terpotong dari harga beli awal dan merugikan secara investasi.
Sebagai contoh, jika kamu membeli cincin emas seharga Rp5 juta dengan ongkos pembuatan Rp1 juta, maka nilai investasimu hanya Rp4 juta dari sisi berat emasnya. Ketika dijual kembali, toko hanya akan menghitung nilai emas berdasarkan berat dan kadar emasnya, bukan model atau ongkos bikin. Ini membuat margin kerugian jadi lebih besar dari yang diperkirakan.
2. Tidak memperhatikan kadar emas

Banyak orang tertarik membeli perhiasan emas karena desainnya, tanpa mempertimbangkan kadar emas di dalamnya. Perhiasan emas umumnya tidak terbuat dari emas murni 24 karat, melainkan 18 karat atau bahkan lebih rendah, karena emas murni terlalu lunak untuk dijadikan perhiasan. Padahal, semakin rendah kadar emas, semakin rendah pula nilai jualnya.
Jika kamu membeli emas 18 karat, berarti hanya 75 persen dari total beratnya yang merupakan emas murni. Sisanya adalah logam campuran lain yang tidak memiliki nilai jual yang sama. Ini akan sangat mempengaruhi hasil investasi ketika dijual kembali, karena yang dihitung adalah nilai emas murninya, bukan total berat atau desain perhiasan.
3. Terlalu sering dipakai sehari-hari

Banyak orang membeli perhiasan emas dengan niat investasi, namun justru terlalu sering memakainya dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini meningkatkan risiko kerusakan fisik seperti tergores, penyok, atau bahkan kehilangan batu hiasannya jika ada. Kerusakan ini bisa menurunkan nilai jual perhiasan secara signifikan di mata toko emas.
Selain itu, seringnya dipakai juga bisa mengurangi kilau dan keindahan perhiasan, sehingga pembeli atau toko emas tidak bersedia membayar harga tinggi ketika kamu ingin menjualnya kembali. Padahal, sebagai instrumen investasi, seharusnya emas disimpan dengan aman agar nilainya tetap terjaga. Jika ingin memakai perhiasan emas, sebaiknya pisahkan antara yang untuk koleksi pribadi dan yang untuk investasi.
4. Tidak menyimpan bukti pembelian

Bukti pembelian dan sertifikat sangat penting dalam transaksi emas, termasuk untuk perhiasan. Namun, banyak orang meremehkan hal ini dan membuang nota atau tidak menyimpan sertifikat kadar emas yang diberikan saat pembelian. Ketika ingin menjual kembali, absennya dokumen ini bisa mempersulit proses atau bahkan menurunkan nilai jual.
Sertifikat kadar emas juga menjadi jaminan bahwa emas yang kamu beli memiliki spesifikasi seperti yang dijanjikan. Tanpa sertifikat, toko emas bisa meragukan keaslian atau kadar emas yang ada pada perhiasanmu. Akibatnya, harga beli kembali menjadi lebih rendah atau bahkan ditolak oleh pembeli tertentu.
5. Menganggap semua emas perhiasan layak untuk investasi

Tidak semua perhiasan emas cocok dijadikan instrumen investasi. Banyak model perhiasan bersifat musiman atau mengikuti tren, sehingga ketika tren berganti, nilai jual perhiasan tersebut bisa turun drastis karena modelnya dianggap ketinggalan zaman. Ini berbeda dengan emas batangan yang hanya dinilai dari berat dan kadarnya.
Selain itu, perhiasan yang terlalu artistik atau rumit justru menambah risiko tidak laku jika dijual kembali, karena tidak semua toko mau menerima model tertentu. Bahkan jika diterima, toko mungkin akan melebur ulang perhiasan tersebut, yang berarti kamu hanya akan dibayar berdasarkan nilai berat emas murninya saja, tanpa memperhitungkan desain atau keunikannya.
Investasi emas memang bisa menjadi pilihan yang cerdas dan tahan krisis, tetapi bentuk perhiasan memiliki tantangan tersendiri. Banyak orang tertipu oleh kilau dan desain yang menarik, tanpa menyadari bahwa biaya tambahan, kadar rendah, dan risiko fisik bisa menggerus potensi keuntungannya. Maka dari itu, penting untuk memilah mana emas yang benar-benar layak dijadikan aset investasi dan mana yang hanya cocok sebagai aksesori.