Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Kesalahan yang Bikin Utang Produktif Berujung Rugi, Awas Buntung!

ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Investasi emas tanpa perhitungan matang
  • Utang untuk bisnis viral tanpa hitungan jangka panjang
  • Utang beli alat produktif tanpa mempertimbangkan kemampuan diri

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa utang itu gak selamanya negatif. Ada momen saat utang itu justru dibutuhkan, menjadi solusi yang produktif, apalagi kalau kaitnnya dengan makin menambah pundi-pundi penghasilan.

Tapi, bak dua mata pisau, kalau ada salah sedikit pengitungan saja, kamu bisa terjebak masuk dalam lingkaran utang yang tiada ujungnya. Sebagai bahan evaluasi, berikut sederet kesalahan pemakaian utang dari yang awalnya produktif jadi buntung.

1. Investasi pada instrumen yang salah

ilustrasi memantau investasi (pexels.com/Tima Miroschnichenko)
ilustrasi memantau investasi (pexels.com/Tima Miroschnichenko)

Misalnya saja, tengah naik daun investasi emas dengan pengitungan cuan yang fantastis. Tanpa pikir panjang, langsung utang dengan semua dananya akan dibelikan emas batangan.

Padahal, emas bukanlah investasi jangka pendek, terlebih tidak ada jaminan imbal hasil yang fixed rate. Bisa jadi, setelah kamu beli emas dengan harga yang cukup fantastis. Ternyata, saat masanya perlu dijual untuk bayar utang, eh malah harganya anjlok turun.

Begitu pula dengan investasi yang imbal hasilnya fixed rate, jangan dihitung mentah-mentah antara total penghasilan investasi dengan total utangmu. Ada biaya potongan pajak hingga tergerus inflasi jika investasi berjangka panjang.

2. Dipakai dana bisnis yang lagi viral tanpa hitungan logis

ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Siapa sih yang enggak tergiur dengan omset dari bisnis yang tengah viral. Rasanya setiap sejuta umat yang tengah mengkonsumsi langsung ingin menghitung laba yang didapatkan oleh sang penjual, nih.

Alhasil, kamu jadi tertarik untuk ikut-ikutan terjun ke bisnis yang tengah viral. Oleh karena gak ada dana, akhirnya utang dengan niatan peluang bisnis viral bisa bikin balik modal.

Ya, gak sepenuhnya salah, tapi gak juga bisa dibenarkan tanpa hitungan yang matang. Coba pikir jangka panjang, bukankah kebanyakan produk viral itu punya masanya? Yakni, akan ada masa kedaluwarsa.

Bisa jadi masa tenar dari bisnis viral incaranmu itu sudah lenyap terganti bidang lain sebelum utangmu terlunasi. Lantas, mau dibayar pakai apa jika tiba-tiba bisnismu jadi sepi lantaran sudah tak ada minat yang antusias seperti dulu? Renungkan.

Jadi, kalau mau utang buat modal bisnis, jangan hanya mengandalkan momen viralnya suatu bidang bisnis, ya. Tapi juga lihat dari sudut pandang ketahanan bisnismu secra jangka panjang, terlebih kualitasnya yang gak cuma bikin konsumen jadi penasaran, tetapi juga loyal hingga bertahan.

3. Dipakai beli alat produktif tanpa mengukur kemampuan diri

ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Moose Photos)

Misalnya saja utang buat beli alat produksi konten. Sekilas, hal tersebut bukan pembelanjaan konsumtif, tetapi malah produktif. Namun, jangan lupakan untuk mengukur kemampuan dirimu, ya.

Jangan sampai kamu sudah tahu kalau orangnya itu gak percaya diri buat bicara di depan kamera. Tapi, malah nekat beli alat buat bikin konten, dananya utang lagi.

Dari awal kamu sudah tahu kalau ada peluang kontenmu itu gak berjalan. Alih-alih langsung beli alat produktif, kenapa gak rasa percaya dirimu dulu yang diasah jadi lebih produktif? Alat produktif itu hanya penunjang, kamu dengan kemampuanmu itulah pemeran utamanya.

Wah, ternyata niat utang untuk tujuan produktif saja gak cukup, ya. Dibutuhkan pengitungan matang yang rasional dari berbagai sudut pandang. Jadi, hati-hati sebelum membuat keputusan besar kalau kamu gak mau berujung terlilit utang, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us