ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Selain itu, BTN juga melaporkan telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) hingga Rp295,98 triliun sepanjang 2021. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan 6,03 persen dibandingkan perolehan pada 2020 yang sebesar Rp279,14 triliun.
Dari jumlah DPK tersebut, komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen. Kenaikan komposisi dana murah ini membuat cost of fund Bank BTN hingga 2021 mengalami penurunan hingga 166 bps menjadi 3,13 persen dibandingkan 2020 yang masih 4,79 persen.
Dari sisi kecukupan likuiditas, BTN mencatat Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level 92,86 persen pada 2020, membaik dari posisi tahun lalu yakni 93,19 persen. Angka ini lebih baik dari LDR perseroan tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing sebesar 103,49 persen dan 113,5 persen.
“LDR tahun 2021 ini merupakan LDR terendah sepanjang lima tahun terakhir,” tutur Haru.
Tak hanya itu, BTN juga melaporkan posisi Loan Coverage Ratio (LCR) sebesar 283,16 persen, naik dari 2020 yang sebesar 256,32 persen, lalu pada 2019 sebesar 136,31 persen, dan 2018 hanya sebesar 108,99 persen (2018).
Meski NPL mengalami penurunan, BTN tetap menyiapkan pencadangan dana yang lebih besar yang ditunjukkan dengan Coverage Ratio pada 2021 sebesar 141,82 persen. Sementara, pada 2020, Coverage Ratio BTN hanya sebesar 115,02 persen.
Dengan kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan, aset Bank BTN tumbuh sebesar 2,95 persen dari Rp361,20 triliun pada 2020, menjadi Rp371,86 triliun pada 2021.