Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Suku Bunga Simpanan dan Pinjaman Turun Terus, Ini Rinciannya

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) melaporkan pada Desember 2021 lalu, suku bunga simpanan dan pinjaman turun dibandingkan bulan sebelumnya.

Lebih rinci, berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar Desember 2021 yang dikutip IDN Times, Senin (7/2/2022), rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,16 persen, turun 9 basis poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan pada hampir seluruh jenis tenor. Suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan menurun, dari masing-masing 3,05 persen, 3,29 persen, 3,62 persen, dan 3,93 persen pada November 2021 menjadi 2,96 persen, 3,19 persen, 3,52 persen, dan 3,83 persen, pada Desember 2021.

Lebih lanjut, suku bunga simpanan berjangka tenor 24 bulan mengalami peningkatan, dari 4,41 persen pada bulan sebelumnya menjadi 4,73 persen pada Desember 2021.

1. BI pertahankan kebijakan suku bunga acuan rendah

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Berdasarkan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada 2 Februari 2022 lalu, BI menyatakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan rendah sampai terdapat tanda-tanda awal kenaikan inflasi. Saat ini, suku bunga acuan BI atau atau 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) masih di angka 3,5 persen.

Meski begitu, BI akan melakukan normalisasi kebijakan likuiditas dengan menaikkan GWM (Giro Wajib Minimum) Rupiah sebesar 300 bps untuk BUK (Bank Umum Konvensional), dan 150 bps untuk BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah). Adapun normalisasi melalui GWM ini akan dilakukan secara bertahap pada bulan Maret, Juni, dan September 2022.

"Normalisasi kebijakan likuiditas dilakukan dengan tetap memastikan kemampuan
perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi
dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN," bunyi pernyataan resmi BI.

2. Penyaluran kredit mulai pulih

ilustrasi kredit (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam laporan Analisis Uang Beredar Desember 2021 tersebut, BI juga mencatat penyaluran kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Desember 2021 terus menunjukan tren positif. Penyaluran kredit pada Desember 2021 tercatat sebesar Rp5.755,7 triliun, tumbuh 4,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (4,4 persen, yoy).

Terdapat akselerasi penyaluran kredit kepada korporasi sebesar 1,2 persen (yoy) pada Desember 2021, meningkat dari 0,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, kredit kepada perorangan tumbuh 8,4 persen (yoy) pada Desember 2021.

Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit pada Desember 2021 terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK), sementara Kredit Investasi (KI) tercatat tumbuh melambat. KMK kembali tumbuh terakselerasi, dari 5 persen (yoy) pada November 2021 menjadi 6,1 persen (yoy) pada Desember 2021, terutama di sektor Industri Pengolahan, serta sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan.

KMK sektor Industri Pengolahan pada Desember 2021 tercatat tumbuh 6,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (5,1 persen, yoy). Peningkatan terutama terjadi pada KMK Industri Logam Dasar Besi dan Baja di Jawa Barat dan Banten.

Sementara itu, KMK sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh meningkat, dari 0,8 persen (yoy) menjadi 2,4 persen (yoy) pada Desember 2021, bersumber dari peningkatan realisasi kredit KMK Perantara Keuangan Lainnya (Non Bank) Leasing di DKI Jakarta dan Banten.

Kemudian, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) tumbuh dari 4,1 persen (yoy) pada November 2021 menjadi 4,6 persen (yoy) pada Desember 2021. Pertumbuhan itu disebabkan oleh akselerasi penyaluran kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit Multiguna.

Di sisi lain, Kredit Investasi (KI) pada Desember 2021 mengalami pertumbuhan yang melambat, dari 3,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 3,2 persen (yoy). Perlambatan penyaluran KI terutama terjadi pada sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan serta sektor Industri Pengolahan. KI sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 3,2 persen (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,5 persen (yoy), terutama kredit yang disalurkan untuk sub sektor Perkebunan Kelapa Sawit.

Adapun penyaluran kredit sektor Properti pada Desember 2021 tumbuh 4,8 persen (yoy), terutama pada KPR/KPA dan kredit Konstruksi. Kredit KPR/KPA tumbuh meningkat, dari 9,3 persen (yoy) menjadi 9,7 persen (yoy) pada bulan laporan, terutama disebabkan oleh peningkatan KPR Tipe Diatas 70 di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Kredit Konstruksi tercatat mengalami perbaikan, dari 0,6 persen (yoy) menjadi 0,8 persen (yoy) pada Desember 2021, terutama pada Konstruksi sub sektor Bangunan Jalan Tol di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Tak hanya itu, BI mencatat penyaluran kredit kepada UMKM pada Desember 2021 tumbuh sebesar 12,3 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya (3,1 persen, yoy), terutama pada kredit skala mikro dan kecil.

Lalu, kredit UMKM skala mikro tumbuh 61,9 persen (yoy) pada Desember 2021. Adapun, Kredit UMKM skala kecil tercatat tumbuh 28,5 persen (yoy), meningkat dibandingkan 20,7 persen (yoy) pada bulan November 2021.

Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan kredit UMKM disebabkan oleh akselerasi Kredit Modal Kerja dan peningkatan Kredit Investasi.

3. Pertumbuhan kredit di industri pengolahan hingga kredit alami kontraksi

Ilustrasi pelayanan publik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, KI pada sektor Industri Pengolahan pada Desember 2021 tumbuh 0,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (6,5 persen, yoy) seiring perlambatan kredit pada subsektor Industri Pupuk.

Selain itu, Kredit Real Estate masih mengalami pertumbuhan negatif (-1,7 persen, yoy), relatif sama dengan pertumbuhan negatif di bulan sebelumnya.

Pada segmen UMKM, BI mencatat kredit usaha menengah mengalami kontraksi yang lebih dalam, dari -3,0 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi -24,4 persen (yoy).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us