Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Banyak Gen X Tak Punya Tabungan? Ini Alasannya

Ilustrasi menghemat (freepik.com)

Generasi X, yang lahir antara 1965 hingga 1980, sering kali luput dari sorotan ketika membahas isu keuangan. Fokus biasanya tertuju pada milenial atau generasi Z yang baru memulai karier, atau generasi baby boomer yang sudah mendekati masa pensiun. Padahal, Gen X saat ini berada di usia produktif menjelang pensiun dan menghadapi tekanan finansial yang cukup kompleks.

Berbagai laporan menunjukkan bahwa sebagian besar Gen X belum memiliki tabungan yang cukup—baik untuk dana darurat, pensiun, maupun tujuan jangka panjang lainnya. Situasi ini mengkhawatirkan, mengingat usia mereka sudah memasuki masa di mana kestabilan keuangan sangat dibutuhkan.

GoBankingRates sebagaimana dilansir Nasdaq menghimpun beragam pendapat langsung dari anggota Gen X serta para ahli keuangan untuk mengungkap alasan di balik minimnya tabungan di kelompok usia ini. Tak hanya itu, mereka juga menawarkan berbagai strategi konkret yang bisa diterapkan guna memperbaiki kondisi finansial sebelum terlambat.

1. Minimnya kenaikan gaji jadi faktor utama

Ilustrasi uang (freepik.com)

Seorang pengguna Reddit bernama Dunkelregen mengungkapkan bahwa minimnya kenaikan gaji menjadi faktor utama sulitnya menabung.

“Selama 20 tahun saya hanya mendapat kenaikan gaji kecil, jika beruntung. Seringkali, saya dipindahkan ke posisi lain tanpa kenaikan bayaran, justru dengan tanggung jawab baru. Bagaimana bisa menabung jika penghasilan stagnan selama satu dekade?” ujarnya.

Ia juga menyoroti perubahan gaya hidup digital yang membuat pengeluaran semakin besar, seperti keharusan memiliki ponsel pintar dan langganan berbagai layanan. Meski begitu, menurutnya, masalah ini tidak sepenuhnya bersifat generasi. Ia pernah bekerja dengan CEO seumurannya yang mampu menabung, sementara teknisi IT dari generasi sebelumnya justru kesulitan pensiun.

Pengguna Reddit lain, Lobotomist, membagikan pengalamannya kehilangan tabungan akibat sakit berkepanjangan.

“Saya sempat menabung. Tapi saat jatuh sakit, seluruh dana habis untuk bertahan hidup. Kini, saya tak tahu harus bagaimana saat pensiun nanti. Yang lebih buruk, diskriminasi usia nyata adanya,” ungkapnya.

2. Nasihat dari pakar keuangan

Ilustrasi uang (freepik.com)

Julie Beckham, Petugas Edukasi Keuangan di Rockland Trust, menyampaikan bahwa membangun kebiasaan menabung merupakan langkah krusial dalam mencapai keamanan finansial, dan hal ini penting dilakukan terlepas dari berapa pun usia seseorang. Menurutnya, tidak ada kata terlambat untuk mulai menabung, bahkan bagi mereka yang merasa tertinggal dalam perencanaan keuangan.

Langkah awal memang bisa terasa sulit, tetapi dengan konsistensi dan komitmen, siapa pun bisa menciptakan perubahan signifikan dalam kondisi keuangannya, termasuk bagi Generasi X yang ingin mempersiapkan masa depan dengan lebih baik.

3. Mulai dari hal kecil dan konsisten

Ilustrasi pengelolaan finansial (freepik.com)

Menurut Beckham, tantangan terbesar dalam menabung adalah memulainya. Setelah itu, konsistensi menjadi kunci utama.

“Langkah pertama adalah memahami pendapatan dan menentukan jumlah yang nyaman untuk ditabung secara rutin. Jumlahnya tergantung pada tujuan, kondisi keuangan, dan prioritas pribadi,” jelasnya.

4. Bayar diri sendiri terlebih dahulu

Ilustrasi uang (freepik.com)

Ia juga menyarankan untuk mengutamakan menabung sebelum membelanjakan uang untuk yang lain, atau yang dikenal dengan prinsip “bayar diri sendiri terlebih dahulu.”

Menurutnya, menyisihkan sedikit dana secara teratur, meskipun jumlahnya kecil, dapat berkembang menjadi tabungan yang signifikan seiring waktu. Kebiasaan ini membantu menciptakan disiplin finansial dan memberikan perlindungan saat menghadapi kebutuhan tak terduga atau persiapan pensiun di masa depan.

5. Gunakan otomatisasi

Ilustrasi internet banking (freepik.com)

Beckham menganjurkan penggunaan sistem otomatis agar tidak lupa menabung, terutama bagi mereka yang kesulitan menjaga konsistensi. Salah satu caranya adalah dengan mengatur sebagian gaji secara otomatis masuk ke rekening tabungan setiap kali menerima penghasilan. Dengan sistem ini, menabung menjadi kebiasaan yang berjalan tanpa perlu dipikirkan terus-menerus.

Selain itu, ia juga menyarankan untuk membuat rekening terpisah sesuai dengan tujuan keuangan, seperti dana darurat, liburan, atau pensiun. Strategi ini tidak hanya membantu mengatur dana dengan lebih rapi, tetapi juga mempermudah dalam memantau progres pencapaian setiap target keuangan secara terstruktur.

6. Hindari perangkap psikologis

Ilustrasi orang berpikir (freepik.com)

Alex Schlesinger, CEO Active Mutual, menekankan bahwa hambatan mental juga bisa menghalangi seseorang dalam membangun kekayaan. Beberapa di antaranya adalah menunggu “momen tepat”, takut pada fluktuasi pasar saham, atau terus menunda-nunda kebiasaan menabung.

“Sebagian Gen X terjebak dalam skema cepat kaya yang menjanjikan hasil instan. Padahal, perencanaan matang lebih unggul daripada solusi instan,” tegas Schlesinger.

Menabung mungkin terasa menantang bagi banyak anggota Generasi X, terutama di tengah tekanan ekonomi, tanggung jawab keluarga, dan berbagai kebutuhan hidup yang terus meningkat. Namun, dengan memulai langkah kecil yang konsisten, menerapkan strategi keuangan yang tepat, serta komitmen kuat untuk memperbaiki kebiasaan finansial, masa depan yang lebih aman dan stabil tetap dapat diraih.

Penting untuk diingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai, karena setiap upaya yang dilakukan hari ini akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan finansial di masa mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us