4 Mitos Seputar Obligasi yang Perlu Diketahui

Obligasi sering kali dianggap sebagai salah satu instrumen investasi yang aman sederhana dan juga cocok untuk digunakan oleh semua orang, tapi ternyata tetap saja ada banyak mitos beredar dan menyesatkan calon investor. Kurangnya pemahaman terkait cara kerja obligasi justru bisa membuat seseorang menjadi keliru dalam mengambil keputusan finansial.
Obligasi cenderung lebih stabil dibandingkan saham, namun tetap saja ada aspek resiko dan strategi yang harus diperhitungkan dengan matang. Oleh sebab itu, perhatikanlah beberapa mitos berikut ini seputar obligasi yang harus diluruskan agar bisa mengambil keputusan dengan bijak dan berdasarkan fakta yang ada.
1. Obligasi selalu aman dan tidak memiliki risiko

Banyak orang yang percaya bahwa obligasi merupakan instrumen yang bebas resiko karena umumnya diterbitkan melalui pemerintah atau perusahaan besar. Kenyataannya setiap investasi, bahkan termasuk obligasi sekali pun tetap memiliki risiko tersendiri, seperti fluktuasi suku bunga, gagal bayar, hingga perubahan nilai pasar.
Obligasi korporasi contohnya memiliki kemungkinan risiko gagal bayar apabila perusahaan mengalami kebangkrutan atau penurunan kinerja. Bahkan, obligasi pemerintah pun bisa saja terdampak oleh inflasi dan perubahan kondisi ekonomi makro, sehingga hal ini dapat memengaruhi imbas hasil yang diperoleh.
2. Hanya orangtua yang cocok berinvestasi obligasi

Obligasi sering dikaitkan sebagai instrumen untuk para pensiunan atau investor berusia lanjut, sebab imbal hasilnya cenderung lebih stabil. Namun, anggapan ini ternyata keliru karena obligasi juga bisa menjadi bagian penting dalam portofolio investasi untuk berbagai kelompok usia, bahkan termasuk generasi muda sekali pun.
Para investor muda juga dapat memanfaatkan obligasi sebagai penyeimbang risiko dari investasi saham yang cenderung fluktuatif. Setidaknya dengan begitu, maka portofolio yang dimiliki bisa menjadi Kombinasi yang sehat antara pertumbuhan dan juga stabilitas yang diperoleh.
3. Semua obligasi memberikan imbal hasil tetap

Tidak semua aplikasi memberikan imbal hasil tetap karena terdapat pula berbagai jenis obligasi, seperti obligasi dengan bunga yang mengambang atau obligasi tanpa kupon. Anggapan bahwa semua obligasi dapat memberikan pendapatan yang tetap justru dianggap keliru, khususnya bagi para investor yang memang tidak memahami bagaimana struktur produk secara menyeluruh.
Ada beberapa obligasi yang justru memiliki tingkat bunga yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar atau hanya membayar di akhir periode jatuh tempo saja. Oleh sebab itu, penting sekali untuk membaca prospektus obligasi dengan benda-benda cermat sebelum mulai untuk berinvestasi.
4. Membeli obligasi dan menahannya sampai jatuh tempo merupakan strategi terbaik

Meski strategi buy and hold cukup umum diterapkan, namun bukan berarti hal tersebut merupakan strategi yang tepat dalam segala situasi. Perubahan kondisi pasar, suku bunga, hingga kebutuhan likuiditas pribadi ternyata dapat membuat strategi tersebut jadi terasa kurang relevan atau bahkan terkesan merugikan.
Obligasi sebetulnya dapat diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga memungkinkan para investor untuk menjualnya apabila nilai pasar yang meningkat atau jika memang mereka memerlukan dana lebih cepat. Fleksibilitas inilah yang semestinya dapat menjadi pertimbangan dalam strategi berinvestasi obligasi, sehingga tidak hanya sakedar menahannya tanpa memiliki evaluasi secara berkala.
Mengenal mitos-mitos seputar obligasi memang merupakan langkah yang penting agar bisa menjadi investor yang cerdas dan rasional. Perlu diingat bahwa ada berbagai hal seputar obligasi yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, sehingga perlu dipahami agar perencanaan investasi dapat berjalan dengan lancar. Edukasi yang tepat dapat membantu menghindari potensi kerugian dan menghindari kesalahan keputusan!