Ilustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)
Di sisi lain, Bank Indonesia optimistis rupiah masih berpotensi terus menguat ke depan dengan ditopang oleh lima faktor pendukung.
"Ke depan, BI memperkirakan rupiah terus menguat sejalan dengan prospek ekonomi yang semakin baik dan fundamental ekonomi yang kuat sehingga akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, Kamis (18/2/2023).
Bank Indonesia menyebut, ada lima alasan rupiah berpotensi menguat ke arah fundamentalnya. Pertama, rupiah menguat didukung oleh fundamental pertumbuhan ekonomi domestik yang baik.
"Kalau prospek ekonomi baik, maka investor dari luar negeri akan menanamkan modalnya didalam negeri baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun portofolio," ucapnya.
"Kedua, Inflasi yang terus menurun. Bank sentral memperkirakan inflasi secara keseluruhan akan turun di bawah 4 persen pada paruh kedua dengan inflasi inti sesuai target," ucapnya.
BI akan membuat imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek lebih menarik bagi investor dan menarik masuknya modal asing. Salah satu senjata BI menjaga rupiah dengan operation twist, yakni menjual SBN jangka pendek dan membeli SBN tenor panjang di pasar sekunder.
Hal ini akan mendorong kenaikan yield SBN jangka pendek dan menjaga yield jangka panjang.
Keempat, komitmen bank sentral terus menstabilkan rupiah. BI akan melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder
"Terakhir, ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan depresiasi nilai tukar di berbagai negara tersebut berkurang," kata Perry.